Separatis Ukraina Mulai Pemilihan Kontroversial
UKRAINA, SATUHARAPAN.COM - Kelompok separatis di Ukraina timur yang pro-Rusia memulai pemungutan suara yang kontroversial dalam pemilihan kepemimpinan pada hari Minggu, (2/11). Pihak Kiev dan Barat menyatakan menolak untuk mengakui dan hal itu akan memperdalam krisis internasional atas konflik Ukraina.
Pemilu dilakukan di wilayah yang dideklarasi sbagai Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk, yang berbasis di sekitar dua kota yang dikuasai pemberontak utama. Pemilu itu dirancang untuk mendapatkan legitimasi kepada rezim militer darurat yang mengendalikan wilayah tersebut.
Namun demikian, pertempuran sengit berkobar di zona konflik di wilayah tenggara Ukraina menjelang pemilihan tersebut. Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, mengecam pemilu sebagai pelanggaran kesepakatan gencatan senjata gagal ditaati sejak ditandatangani pada 5 September.
Rusia, yang mendukung kelompok pemberontak, tapi membantah berjuang di pihak mereka, mengatakan akan mengakui hasil pemilu tersebut. Pihak Amerika Serikat dan Eropa meresponnya dengan memberlakukan sanksi ekonomi berat kepada Rusia.
Kedua republik di Ukraina timur itu menyatakan telah memilih presiden dan parlemen baru. Tetapi ada pertanyaan bahwa kepala pemberontak saat ini, Alexander Zakharchenko di Donetsk, dan Igor Plotnitsky di Lugansk, akan diuji dalam posisi itu.
Pemilu berlangsung tanpa pemantau internasional, dan tidak ada pemilih minimum yang ditetapkan oleh penyelenggara, yang mencerminkan terjadi ketidakpastian atas berapa banyak pemilih yang berpartisipasi.
"Pemilihan ini sangat penting, karena mereka akan memberikan legitimasi kepada kekuatan kita dan memberi kita lebih banyak jarak dari Kiev," kata Roman Lyagin, kepala komisi pemilihan Republik Rakyat Donetsk.
Namun menurut Poroshenko berpendapat "Prosedur pemilu itu menginginkan teroris dan bandit untuk mengontrol wilayah yang mereka duduki."
Perang di Ukraina telah menyebabkan lebih dari 4.000 orang meninggal, termasuk lebih dari 300 orang dalam dua pekan terakhir, sejak meletus pada bulan April. Bulan lalu, pasukan Rusia menyerbu provinsi Ukraina di selatan, Crimea, yang kemudian dianeksasi oleh Moskow. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Tentara Ukraina Fokus Tahan Laju Rusia dan Bersiap Hadapi Ba...
KHARKIV-UKRAINA, SATUHARAPAN.COM-Keempat pesawat nirawak itu dirancang untuk membawa bom, tetapi seb...