Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 14:18 WIB | Jumat, 05 April 2024

Serangan Bom Bunuh Diri Tewaskan Pendiri Kelompok Afiliasi Al Qaeda di Suriah

Anggota kelompok jihad Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dulunya disebut Front Nusra, yang dipimpin oleh mantan anggota bekas afiliasi Al-Qaeda Suriah, pada 16 Agustus 2023. (Foto: dok. AFP/Omar Haj Kadour)

IDLIB-SURIAH, SATUHARAPAN.COM-Seorang penyerang bom bunuh diri meledakkan bahan peledaknya pada hari Kamis (4/4) malam di barat laut Suriah, menewaskan salah satu pendiri kelompok utama yang terkait dengan al-Qaeda di negara itu yang menguasai sebagian besar wilayah barat laut, kata seorang pemantau perang.

Beberapa aktivis membantah sumber ledakan, dan mengatakan bahwa bom yang diledakkan dari jarak jauh menewaskan Abu Maria al-Qahtani, yang bernama asli Maysara al-Jubouri. Al-Qahtani ikut mendirikan Front Nusra di Suriah, sebuah kelompok militan yang kemudian berganti nama menjadi Hayat Tahrir al-Sham dan mengklaim bahwa mereka telah memutuskan hubungan dengan al-Qaeda.

Akun-akun yang saling bertentangan tidak dapat segera direkonsiliasi.

Menurut Observatorium Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, sebuah pemantau perang dengan jaringan aktivis di lapangan, pelaku bom memasuki wisma al-Qahtani di kota Sarmada di Provinsi Idlib pada larut malam dan meledakkan bahan peledaknya.

Daerah kantong kecil di barat laut Suriah adalah wilayah terakhir yang dikuasai pemberontak di negara tersebut. Hayat Tahrir al-Sham menguasai provinsi barat laut Idlib sementara kelompok oposisi yang didukung Turki menguasai provinsi utara Aleppo. Sebagian besar dari 4,5 juta orang yang tinggal di Provinsi Idlib dan Aleppo bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup, dan hampir separuhnya tinggal di kamp pengungsian.

Pembunuhan al-Qahtani terjadi di tengah protes terhadap kelompoknya dan pemimpinnya, Abu Mohammed al-Golani, atas kerasnya pemerintahan militan di wilayah tersebut dan memburuknya kondisi ekonomi.

Dia dibebaskan dari penjara pada bulan Maret setelah ditahan oleh anak buahnya sendiri pada bulan Agustus karena penyalahgunaan media sosial. Menurut Observatorium, dia dituduh berkomunikasi dengan kelompok yang bermusuhan. Sejak itu, dia telah diberhentikan dari tugasnya sebagai pejabat senior kelompok tersebut.

Observatorium mengatakan tak lama setelah ledakan, al-Qahtani dilarikan ke Rumah Sakit Bab al-Hawa di Idlib namun meninggal karena luka-lukanya. Menurut pengawas perang, dua tamu di rumah al-Qahtani juga terluka.

Namun, seorang pejabat medis mengatakan kepada The Associated Press bahwa pengawal al-Qahtani dan delapan tamu lainnya terluka, semuanya berjumlah sembilan orang. Pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Sentimen publik terhadap al-Golani dan Hayat Tahrir al-Sham telah meningkat sejak kelompok militan tersebut menindak anggota seniornya dan menekan protes jalanan.

Al-Qahtani, seorang warga negara Irak, telah lama menjadi anggota al-Qaeda yang berperang melawan pasukan Amerika Serikat di Irak setelah invasi pimpinan AS tahun 2003 yang menggulingkan diktator Saddam Hussein. Pada tahun 2011, ia adalah salah satu dari beberapa tokoh al-Qaeda yang pindah ke Suriah, beberapa bulan setelah konflik mematikan yang sedang berlangsung di negara tersebut dimulai. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home