Serangan di Pasar Kota Ukraina Yang Diduduki Rusia, 25 Tewas
Rusia dan Ukraina saling menuduh melakukan serangan yang menewaskan banyak warga sipil.
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Sebuah serangan di sebuah pasar yang ramai di kota Donetsk, Ukraina timur, yang diduduki Rusia, menyebabkan sedikitnya 25 orang tewas dan 20 lainnya luka-luka pada hari Minggu (21/1), kata para pejabat yang didukung Moskow.
Baik Moskow maupun Kiev saling menuduh satu sama lain melakukan peningkatan tajam serangan terhadap wilayah sipil dalam dua bulan terakhir.
Bagian depan toko yang hancur dan pecahan kaca terlihat dalam video yang dibagikan oleh media pemerintah Rusia, bersama dengan mayat tergeletak di tanah di dekatnya.
“Saat ini informasi 25 orang tewas sudah terkonfirmasi. Setidaknya 20 orang lagi terluka,” kata Denis Pushilin, kepala pemerintahan yang dikuasai Rusia di wilayah tersebut.
Dia menyalahkan Ukraina atas serangan tersebut, dan menyebutnya sebagai serangan “mengerikan” terhadap wilayah sipil.
Ukraina belum memberikan komentar, dan AFP tidak dapat segera memverifikasi penyebab serangan tersebut.
Para pejabat mengatakan serangan itu terjadi di pinggiran barat daya kota, kurang dari 15 kilometer dari garis depan timur.
Warga setempat, Tatiana, mengatakan dia mendengar proyektil datang dari atas, dan bersembunyi di bawah kios pasarnya. “Saya melihat asap, orang-orang berteriak, seorang wanita menangis,” katanya kepada media lokal.
“Di mana ada unsur militer di sini? Itu hanya pasar,” kata warga lain bernama Tatiana kepada outlet yang sama. “Ini adalah salah satu pukulan terkuat dalam beberapa waktu terakhir,” katanya.
Jumlah korban tersebut merupakan salah satu yang paling mematikan di Donetsk sejak Moskow melancarkan permusuhan skala penuh terhadap Ukraina pada Februari 2022.
Donetsk, yang diduduki oleh Rusia dan pasukan proksinya sejak tahun 2014, telah berulang kali menjadi sasaran apa yang disebut Moskow sebagai penembakan tanpa pandang bulu terhadap Ukraina.
Moskow menyebut serangan hari Minggu itu sebagai “serangan teroris biadab” yang menunjukkan perlunya “operasi militer khusus” di Ukraina. “Ancaman keamanan dan tindakan terorisme tidak boleh dilakukan dari wilayah Ukraina,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina.
Terminal Gas Terbakar
Berita tentang serangan itu muncul ketika Rusia melaporkan kebakaran lain pada infrastruktur energinya, kali ini di terminal gas di pelabuhan Ust-Luga di Laut Baltik.
Kiev awal pekan ini mengaku bertanggung jawab atas dua serangan terhadap depot minyak di Rusia, termasuk satu serangan di wilayah Leningrad yang sama di mana Ust-Luga berada.
Operator Novatek mengatakan tidak ada korban jiwa dan api “saat ini masih terlokalisasi” di lokasi tersebut, sekitar 110 kilometerbarat St Petersburg dekat perbatasan Estonia. Novatek mengatakan kebakaran itu disebabkan oleh “faktor eksternal”, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Ukraina, yang telah menargetkan infrastruktur minyak dan gas Rusia selama konflik yang berlangsung hampir dua tahun ini, tidak segera mengomentari insiden tersebut.
“Tidak ada korban jiwa akibat kebakaran di terminal Novatek di pelabuhan Ust-Luga. Personil dievakuasi,” kata Aleksandr Drozdenko, gubernur Oblast Leningrad. Dia membagikan foto yang menunjukkan petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air ke api besar di terminal.
Kantor berita RIA-Novosti mengatakan sebuah kontainer berukuran 100 meter kubik terbakar.
Kompleks Ust-Luga memproses kondensat gas alam menjadi nafta, bahan bakar jet, dan komponen bahan bakar kapal, menurut situs web Novatek.
Rusia Klaim Rebut Satu Desa
Sementara itu, tentara Rusia mengatakan pada hari Minggu (21/1) bahwa mereka telah merebut sebuah desa kecil di wilayah Kharkiv di Ukraina timur.
“Desa Krakhmalnoye di wilayah Kharkiv telah dibebaskan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam buletin hariannya mengenai operasi di Ukraina, mengutip “operasi aktif yang berhasil”.
Sekitar 45 orang tinggal di desa tersebut sebelum invasi Moskow ke Ukraina pada Februari 2022.
Letaknya sekitar 30 kilometer tenggara pusat regional Kupiansk, persimpangan kereta api penting yang memiliki populasi sekitar 30.000 orang sebelum perang, yang berusaha diambil alih oleh pasukan Rusia.
Juru bicara pasukan darat Ukraina, Volodymyr Fitio, yang diwawancarai hari Minggu di televisi Ukraina, mengatakan penguasaan desa tersebut “tidak memiliki kepentingan strategis”.
“Ini adalah lima rumah”, katanya, seraya menambahkan bahwa pasukan Ukraina masih bertahan di garis depan.
Dalam beberapa hari terakhir, pihak berwenang di wilayah timur laut Kharkiv telah mendesak warga untuk mengungsi, dengan alasan semakin buruknya serangan Rusia di wilayah tersebut.
Pasukan Rusia merebut sebagian besar wilayah Kharkiv tak lama setelah menginvasi Ukraina pada Februari 2022, dan terus berperang di sana meski kehilangan wilayah. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...