Serangan Droner Menyasar Maskas Tentara Bayaran Rusia, Wagner, di Libya
TRIPOLI, SATUHARAPAN.COM-Serangan drone terjadi pada hari Jumat (30/6) pagi menghantam sebuah pangkalan udara di timur Libya yang digunakan oleh tentara bayaran dari kelompok paramiliter Rusia Wagner, tanpa menimbulkan korban, kata seorang pejabat militer kepada AFP.
Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan asal serangan semalam di pangkalan udara Al-Kharruba, sekitar 150 kilometer (90 mil) barat daya Benghazi, “tidak diketahui.”
Pangkalan yang dihantam adalah "tempat anggota kelompok Wagner berada," kata pejabat itu, seraya menambahkan "tidak ada korban".
Libya telah dicabik-cabik oleh lebih dari satu dekade konflik senjata sejak pemberontakan 2011 menggulingkan orang kuat Moamar Kadhafi, yang juga menarik banyak kekuatan asing.
Negara Afrika Utara itu tetap terpecah antara pemerintahan sementara di Tripoli di barat, dan satu lagi di timur yang didukung oleh orang kuat militer Khalifa Haftar.
Bersamaan dengan para pejuang dari Chad, Sudan, Niger, dan Suriah yang direkrut sebagai tentara bayaran, kelompok Wagner telah membantu Haftar termasuk dalam upayanya yang gagal di masa lalu untuk merebut ibu kota.
Tentara bayaran Wagner tetap aktif di Libya timur yang kaya minyak serta selatan negara itu, meskipun beberapa telah pergi berperang di Mali dan Ukraina, mendukung invasi tentara Rusia.
Ukraina Remehkan Wagner di Belarusia
Sementara itu, Ukraina meremehkan kehadiran bos tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, dan pasukannya di tetangga utara mereka, Belarusia, dengan mengatakan bahwa hal itu "tidak ada konsekuensinya" bagi Ukraina dan tidak menimbulkan ancaman.
Mykhailo Podolyak, penasihat politik Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan bahwa Ukraina saat ini tidak menghadapi risiko serangan dari utara, dan kehadiran pejuang perusahaan militer swasta (PMC) Wagner di Belarusia tidak menimbulkan ancaman, Kyiv Pos melaporkan.
Podolyak menyatakan bahwa hanya sebagian dari kaum Wagnerite Prigozhin yang akan dipindahkan ke Belarusia setelah pemberontakan singkat yang berakhir dengan pengasingan Prigozhin. Dia menekankan bahwa perbatasan utara Ukraina dibentengi dengan baik oleh militer Ukraina.
Dia berkata: "Fakta bahwa Prigozhin ada di Belarusia tidak ada artinya bagi Ukraina karena PMC Wagner sudah tidak ada lagi."
Mantan kepala staf umum Angkatan Darat Inggris, Jenderal Richard Dannatt, awal pekan lalu dalam sebuah wawancara dengan Sky News bahwa kehadiran Prigozhin di Belarusia adalah "masalah yang memprihatinkan", karena sangat mungkin bahwa Rusia dapat menggunakan pasukan Wagner untuk mencoba dan merebut Ukraina lagi.
Namun, Komandan Pasukan Gabungan Angkatan Bersenjata Ukraina memperingatkan bahwa jika Prigozhin mencoba memimpin pasukan Wagnernya dalam serangan ke Ukraina dari Belarusia, itu akan menjadi "bunuh diri". Dan menekankan bahwa perbatasan utara Ukraina, dengan Belarusia, tetap “stabil dan terkendali,” menurut akun Telegram militer Ukraina.
Prigozhin telah memulai pemberontakan singkat pekan lalu yang dengan cepat berakhir dengan dia membatalkan pawai pasukan Wagner di Moskow setelah menyetujui kesepakatan yang akan membuatnya diasingkan di Belarusia tanpa tindakan hukum apa pun yang diambil terhadapnya di Rusia. Presiden Rusia, Vladimir Putin, memberi Wagnerites yang berpartisipasi dalam pemberontakan pilihan, untuk bergabung dengan tentara Rusia atau pulang ke keluarga mereka atau pergi ke Belarus. (AFP/ Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...