Serangan Ekstremis terhadap Kristiani Nigeria Gunakan Bentuk Baru
JALINGO, SATUHARAPAN.COM – Uskup Charles Hammawa, dari Keuskupan Jalingo, di wilayah Timur Nigeria mengungkapkan saat ini serangan dari kelompok ekstremis yang menyasar umat Kristiani di Nigeria menggunakan bentuk baru.
Hammawa menuturkan serangan yang terjadi terhadap sekelompok petani beragama Kristiani di desa Kaduna, Nigeria yang diduga dilakukan penggembala Fulani.
“Saya curiga jihad mengambil bentuk baru, karena sekarang ada bentrok antara gembala dan petani,” kata dia seperti yang dia jelaskan di Catholic News Agency, hari Kamis (11/8).
Jalingo merupakan daerah yang dihuni hampir 2,3 juta penduduk, dan persentase perbandingan penduduk Kristiani dan Muslim yang hampir seimbang, sementara penduduk yang menganut agama lokal kurang dari sepuluh persen.
Awal bulan ini berembus kabar menurut situs berita Kristen, World Net Daily, yang menyebutkan kaum gembala Fulani di Nigeria menyerang sejumlah petani di Kaduna, di bagian utara negara itu.
Serangan tersebut menyebabkan 13 petani yang juga anggota jemaat dari tiga gereja meninggal dunia.
Hammawa menuturkan kasus gembala tidak sekadar pembiaran ternak merumput tetapi ada masalah pengambil alihan tanah.
“Memang aksi tersebut tidak seekstrem Boko Haram, tapi menurut saya itu adalah bentuk kekerasan yang lain yang dapat kita lihat di sini,” dia menambahkan.
Menurut africagude.com, Fulani adalah kelompok atau suku yang mendiami Afrika bagian Barat. Kelompok ini, menurut sejarah merupakan kelompok pertama di Afrika yang memeluk Islam.
Aksi kekerasan gembala Fulani, menurut Hammawa, telah bertahan selama tiga tahun terakhir di wilayah tersebut. “Saya curiga gembala memiliki akses ke persenjataan canggih,” kata dia.
Dia menyebut ada beberapa kelompok yang memberi pembiayaan kepada Fulani.
Hammawa kecewa pemerintahan Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari saat ini sangat lambat dalam memberantas dan mengusut kasus tersebut, meski demikian dia menghargai perhatian pemerintah Nigeria dalam kasus tersebut.
“Saya berharap ia akan lebih kuat dalam membuat laporan pelanggaran Hak Asasi Manusia, dan dalam mengambil tindakan nyata dalam memerangi ekstremisme,” kata dia.
Dia mengkawatirkan meskipun dari tahun ke tahun banyak anggota Boko Haram yang meninggal dunia atau menunggu persidangan di pengadilan, kekerasan atas nama agama dapat terjadi lagi.
Menurut dia, kelompok ekstremis Boko Haram merupakan kelompok yang diabaikan golongan muslim elit di Nigeria dalam waktu yang lama. “Kelompok tersebut menolak pendidikan, dan mereka tinggal di wilayah yang termarjinalkan di negara tersebut,” kata Hammawa.
Beberapa waktu lalu Christian Association of Nigerian Americans (CANAN) mengecam kekerasan dan pembunuhan terhadap umat Kristen Nigeria dan menyerukan para pelaku untuk dimintai pertanggungjawaban.
Jumlah umat Kristen yang dibunuh di Nigeria oleh ekstremis fundamentalis mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan 2015. Kepala CANAN, Ade Oyesile mengatakan peningkatan angka kematian berlangsung dengan sangat cepat. (catholicnewsagency.com)
Editor : Eben E. Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...