Serangan Sektarian Mesir, Paus Minta Tidak Perlu Demonstrasi
KAIRO, SARTUHARAPAN.COM - Kepala Gereja Koptik Mesir, Paus Tawadros II, hari Selasa (2/8) meminta warga gereja Koptik Mesir di Amerika Serikat tidak menggelar demonstrasi di depan Gedung Putih sebagai protes terkait serangan terhadap umat Kristen di Mesir.
"Saya menolak setiap demonstrasi yang mungkin membahayakan Mesir dan menyebabkan konflik dengan otoritas yang lebih tinggi..., demi Tuhan Yesus, hindari perilaku yang tidak diterima di gereja kita di Amerika Serikat," kata Paus dalam pernyataan yang diterbitkan di situs Gereja Koptik, seperti dikutip media Mesir, Al Ahram.
Pada tanggal 22 Juli, Solidaritas (Gereja) Koptik, sebuah organisasi non-profit, menyebutkan akan menggelar demonstrasi terkait serangan sektarian baru-baru ini di Mesir.
Paus menyatakan bahwa demonstrasi tersebut tidak membantu atau mengubah situasi, melainkan "menodai citra Mesir setempat dan internasional." Dia menambahkan bahwa Mesir sekarang harus mampu menangani masalah mereka dan konsekuensinya.
"Demonstrasi menjelekkan negara kita dan bisa membakar kejahatan. Keadaan kami benar-benar berbeda dari lima atau 10 tahun yang lalu, dan kita tidak bisa menghadapi kejadian yang baru berkembang dengan menggunakan cara-cara lama," kata dia.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah serangan sektarian tingkat tinggi terjadi terhadap warga Kristen Koptik di Mesir. Akibat serangan itu, sejumlah orang mengalami cedera, meninggal, dan mengerita kerugian akibat kerusakan rumah dan bisnis.
Dua pekan lalu, penyerang Muslim membakar rumah keluarga Kristen di Desa Abu Yacoub di provinsi Minya, karena ada rumor bahwa bangunan sekolah taman kanak-kanak akan diubah menjadi gereja. Pekan lalu, massa Muslim juga menikam seorang Kristen sampai mati di desa Tahna, di Minya.
Menurut Al Ahram, berbagai perkiraan menunjukkan bahwa sekitar 300.000 hingga satu juta orang Kristen Koptik Mesir yang tinggal di Amerika Serikat, dan merupakan komunitas Krisrten Koptik terbesar di luar Mesir.
Ekstremisme Agama
Kamis lalu, Presiden Mesir, Abdel-Fattah El-Sisi, menekankan kepada Paus Tawadros dalam pertemuan pribadi bahwa semua warga Mesir sama dalam hak dan kewajiban sesuai dengan konstitusi negara.
Presiden Mesir memuji sikap "bijaksana dan patriotik" warga Kristen Mesir yang ditampilkan dalam menghadapi tantangan selama beberapa tahun terakhir. Dia juga memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh mereka yang akan menggunakan agama sebagai alat untuk memecah-belah atau mendorong ide-ide ekstremis.
Paus juga meyakinkan El-Sisi bahwa semua warga negara harus berdiri bersama-sama dan bekerja untuk kepentingan negara dan mencapai aspirasi dan harapan rakyat Mesir.
Awal pekan lalu, Paus Tawadros mengatakan pada sebuah komite parlemen bahwa warisan negara dalam kesatuan berbagai agama saat ini sedang "dirusak" oleh serangan sektarian.
"Insiden yang kami saksikan sangat menyakitkan. Pada sisi saya, saya sabar dan bertahan, tapi ada insiden yang memperingatkan adanya bahaya," kata pernyataan Gereja Koptik mengutip pernyataan Paus Tawadros.
Paus mengutip sebuah laporan yang disusun oleh gerejayang menunjukkan bahwa dalam tiga tahun terakhir telah terjadi 37 serangan terhadap umat Kristen, atau rata-rata satu serangan per bulan.
Pada bulan Mei, warga Muslim membakar tujuh rumah orang Kristen dan menyerang ibu tua dari seorang pria Kristen di desa El-Karm di Minya. Mereka menelanjangi perempuan itu di depan umum. Penyerangan dipicu oleh rumor bahwa orang itu memiliki hubungan terlarang dengan seorang perempuan Muslim.
Presiden El-Sisi memperingatkan bahwa siapa pun yang mencoba untuk membuat perpecahan di dalam bangsa Mesir, dia berjanji untuk menuntut pelanggarnya.
Sejauh ini tidak ada angka resmi jumlah warga Kristen di Mesir, namun angka resmi menunjukkan bahwa warga Kristen merupakan 10 sampai 15 persen dari 91 juta populasi Mesir.
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...