Serangan Taliban Ketika Pembicaraan Damai Berlangsung
SATUHARAPAN.COM – Serangan teror di daerah perumahan di ibu kota Afghanistan, Kabul, menewaskan sedikitnya 16 orang, kata pejabat setempat (3/9). Sebelumnya serangan oleh kelompok Taliban terjadi ketika pemimpin gerilyawan dan pihak Amerika Serikat tengah berusaha untuk menyelesaikan kesepakatan damai.
Utusan khusus AS, Zalmay Khalilzad, berada di Kabul, hari Senin (2/9) untuk membahas kesepakatan yang diusulkan, di mana AS menarik pasukannya dengan jaminan keamanan Taliban, ketika serangan bom terjadi.
Juru bicara kementerian dalam negeri Afghanistan, Nasrat Rahimi, seperti dikutip kantor berita AFP, mengatakan serangan itu menggunakan traktor yang penuh bahan peledak dan diparkir dekat dinding Green Village, sebuah kompleks besar yang menampung lembaga-lembaga bantuan dan organisasi internasional.
Selain 16 orang terbunuh dan 119 terluka dalam serangan itu, kata Rahimi. Pemboman itu adalah serangan Taliban ketiga dalam beberapa hari ini. Gerilyawan Taliban melancarkan serangan di dua kota utama di utara pada akhir pekan, menewaskan dan melukai puluhan pasukan keamanan dan warga sipil.
Warga di daerah sekitar Green Village, Kabul sangat marah atas serangan yang menargetkan wilayah itu, dan juga marah kepada keberadaan warga asing itu. "Kami ingin orang-orang asing ini pindah dari lingkungan kami," kata penduduk, Abdul Jamil, kepada AFP.
Pada bulan Januari, sebuah bom truk yang kuat meledak di dekat Green Village, menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.
Green Village terpisah dari Green Zone di dekatnya, merupakan bagian kota Kabul yang dikelilingi tembok dan dibentengi sangat kuat yang merupakan kawasan bagi beberapa kedutaan termasuk misi AS dan Inggris.
Taliban mengklaim serangan hari Senin itu. Sementara utusan AS yang merupakan pria kelahiran Afghanistan itu, telah satu tahun bernegosiasi dengan Taliban. "Kami telah sepakat bahwa jika syarat-syarat dipenuhi sesuai perjanjian, kami akan pergi dalam 135 hari dari lima pangkalan di mana kami hadir sekarang," kata Khalilzad.
Pentagon memberikan jumlah resmi pasukan AS di Afghanistan sebanyak 14.000 personel. Presiden AS, Donald Trump, pekan lalu mengatakan Amerika akan mempertahankan kehadiran permanen sekitar 8.600 tentara pada awalnya, bahkan setelah kesepakatan tercapai dengan Taliban. Artinya, sekitar 5.400 tentara AS akan meninggalkan Afghanistan berdasarkan ketentuan-ketentuan awal perjanjian,.
Sebagai imbalan untuk mengurangi jumlah pasukan, Taliban bersumpah untuk memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda dan membuka negosiasi dengan pemerintah Afghanistan dengan tujuan menciptakan gencatan senjata. Namun ketika negosiasi untuk kesepakatan antara AS dan Taliban memasuki tahap akhir, kekerasan meningkat di seluruh Afghanistan.
Pada hari Sabtu, Taliban berusaha merebut Kunduz di utara, dan pada hari Minggu, mereka melancarkan operasi di kota Pul-e Khumri, ibukota provinsi tetangga Baghlan.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...