Serangan Udara Menghantam Ibu Kota Sudam, Khartoum
KHARTOUM, SATUHARAPAN.COM-Serangan udara menghantam daerah luar ibu kota Sudan, Khartoum, semalam dan pada hari Sabtu (20/5) pagi, saat pertempuran yang telah menjebak warga sipil dalam krisis kemanusiaan dan membuat lebih dari satu juta orang mengungsi memasuki pekan keenam.
Pertempuran antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSFR) paramiliter telah menyebabkan runtuhnya hukum dan ketertiban dengan penjarahan yang disalahkan oleh kedua belah pihak. Stok makanan, uang tunai, dan kebutuhan pokok semakin menipis dengan cepat.
Serangan udara dilaporkan oleh saksi mata di Omdurman selatan dan Bahri utara, dua kota yang terletak di seberang Sungai Nil dari Khartoum, membentuk "tiga ibu kota" Sudan. Beberapa serangan terjadi di dekat stasiun penyiaran negara di Omdurman, kata para saksi mata.
Saksi mata di Khartoum mengatakan situasi relatif tenang, meski terdengar suara tembakan sporadis.
Konflik, yang dimulai pada 15 April, telah membuat hampir 1,1 juta orang mengungsi di dalam negeri dan ke negara-negara tetangga. Sekitar 705 orang telah tewas dan sedikitnya 5.287 terluka, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pembicaraan yang disponsori oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi di Jeddah belum membuahkan hasil, dan kedua belah pihak saling menuduh telah melanggar berbagai perjanjian gencatan senjata.
"Kami menghadapi tembakan artileri berat pagi ini, seluruh rumah berguncang," kata Sanaa Hassan, 33 tahun yang tinggal di lingkungan al-Salha Omdurman, kepada Reuters melalui telepon. “Itu menakutkan, semua orang berbaring di bawah tempat tidur mereka. Apa yang terjadi adalah mimpi buruk,” katanya.
RSF bertahan di distrik pemukiman, menarik serangan udara yang hampir terus-menerus oleh angkatan bersenjata reguler. Dalam beberapa hari terakhir, pertempuran darat kembali berkobar di wilayah Darfur, di kota Nyala dan Zalenjei.
Kedua belah pihak saling menyalahkan dalam pernyataan hari Jumat malam karena memicu pertempuran di Nyala, salah satu kota terbesar di negara itu, yang selama beberapa pekan relatif tenang karena gencatan senjata yang ditengahi secara lokal.
Seorang aktivis setempat mengatakan bahwa terjadi baku tembak sporadis di dekat pasar utama kota yang dekat dengan markas tentara pada hari Sabtu pagi. Hampir 30 orang tewas dalam dua hari pertempuran sebelumnya, menurut para aktivis.
Perang pecah di Khartoum setelah perselisihan tentang rencana RSF untuk diintegrasikan ke dalam tentara dan atas rantai komando di masa depan berdasarkan kesepakatan yang didukung secara internasional untuk mengubah Sudan menuju negara demokrasi setelah puluhan tahun otokrasi yang dilanda konflik.
Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) pada hari Jumat malam mengumumkan lebih dari US$100 juta untuk Sudan dan negara-negara yang menerima pengungsi Sudan, termasuk makanan dan bantuan medis yang sangat dibutuhkan.
“Sulit untuk menyampaikan sejauh mana penderitaan yang terjadi saat ini di Sudan,” kata kepala agensi Samantha Power. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...