Serangan Udara Rusia di Suriah Bunuh 200 Militan
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Kementerian pertahanan Rusia mengatakan telah menewaskan "hingga 200 pejuang" di Suriah selama serangan udara di pangkalan "teroris" di timur laut Palmyra, di mana para pejuang merencanakan serangan menjelang pemilihan presiden Suriah bulan depan.
"Setelah mengonfirmasi data melalui berbagai saluran di lokasi fasilitas teroris, pesawat Angkatan Udara Rusia melakukan serangan udara," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, hari Senin (19/4).
"Dua tempat persembunyian dihancurkan, termasuk 200 militan, 24 truk pickup dengan senapan mesin kaliber besar, serta sekitar 500 kilogram amunisi dan komponen untuk membuat alat peledak improvisasi," tambahnya.
Pernyataan tersebut tidak menyebutkan tanggal serangan maupun kelompok mana yang menjadi sasaran. Dikatakan bahwa targetnya adalah "pangkalan yang disamarkan" di mana "kelompok teroris" mengatur serangan di Suriah dan membuat bahan peledak.
Mereka secara khusus merencanakan "serangan teroris dan serangan terhadap lembaga pemerintah di kota-kota besar untuk mengguncang situasi di negara itu menjelang pemilihan presiden di Suriah."
Pemungutan suara, yang akan diadakan pada 26 Mei, adalah yang kedua sejak konflik Suriah meletus pada 2011 dengan penindasan terhadap protes anti pemerintah yang telah menewaskan lebih dari 388.000 orang.
Pemilihan itu diperkirakan membuat Presiden Bashar Al-Assad tetap berkuasa di negara yang dilanda perang itu.
Rusia telah menjadi sekutu utama rezim Assad selama perang dan intervensi militer Moskow pada tahun 2015 yang membantu mengubah gelombang pertempuran.
Pada hari Senin, kementerian pertahanan Rusia mengatakan bahwa "teroris" sedang dilatih di beberapa kamp di daerah yang tidak dikendalikan oleh rezim Suriah, "termasuk di daerah Al-Tanf, yang dikendalikan oleh militer AS."
Moskow pada bulan Februari mengecam serangan AS terhadap milisi yang didukung Iran di wilayah Suriah timur, dan menuntut Washington untuk menghormati integritas teritorial negara itu.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, pada saat itu mengatakan Rusia ingin mengetahui rencana Washington di Suriah dan menyarankan Amerika Serikat tidak berencana untuk meninggalkan negara itu. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...