Serangga Dapat Membantu Memecahkan Kelaparan di Dunia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Meskipun menjijikkan bagi kebanyakan orang, tapi banyak juga orang di seluruh dunia yang mulai melirik untuk mengkonsumsi lebih dari 1.000 spesies serangga sebagai sumber makanan sehat dan berkelanjutan yang kaya protein.
Di Afrika, Asia, dan di seluruh Amerika, praktik kuno entomofagi (memakan serangga) merupakan sumber makanan di luar buah-buahan, sayuran, dan daging dari ternak maupun hewan yang sengaja diburu atau terjebak di alam liar. Sekitar 2,5 miliar orang di dunia mengkonsumsi serangga secara teratur sebagai sumber makanan.
Saat ini, banyak ahli meyakini serangga merupakan langkah besar selanjutnya bagi ketersediaan makanan sebagai antisipasi pertumbuhan penduduk dunia, yang diharapkan bisa memecahkan salah satu permasalahan yang paling sulit dipecahkan manusia, yakni kelaparan yang dialami lebih dari satu miliar orang di India, Afrika, dan di banyak wilayah negara berkembang di dunia.
Pada hari Senin (23/9/13), tim mahasiswa pascasarjana bisnis dari Universitas McGill Montreal, Kanada memenangkan penghargaan internasional tahunan Hult Prize 2013 karena proposal produksi skala besar dan distribusi pangan berbasis serangga, mempromosikan ternak serangga dan membentuk pasar makanan serangga di negara berkembang.
Mantan Presiden AS Bill Clinton, dalam sebuah upacara di Kota New York, memperkenalkan lima anggota tim McGill tersebut yakni “Aspire Food Group”. Anggota tim yang berasal dari mahasiswa pascasarjana tersebut meliputi Mohammed Ashour, Shobhita Soor, Jesse pearlstein, Zev Thompson, dan Gabe Mott.
“Ini adalah kesempatan yang luar biasa, dan kami benar-benar berterima kasih kepada McGill karena sudah memberikan kita sumber daya yang kita butuhkan,” kata Soor, mahasiswa pascasarjana hukum kepada wartawan. “Kami benar-benar berharap untuk membuat perubahan di panggung dunia.” tuturnya.
Dukungan Modal dari Pemerintah
Sebelumnya, Soor dan rekan tim mencetuskan ide mereka untuk membuat peternakan massal dan distribusi pangan serangga kepada juri yang terdiri dari eksekutif Program Pangan Dunia (World Food Program) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan di antara tokoh-tokoh lainnya. Yayasan nirlaba Clinton (The Clinton Global Initiative) memberi mereka 1 juta USD sebagai modal awal untuk melaksanakan proyek mereka.
Tim ini telah melakukan perjalanan ke Kenya, Meksiko, dan Thailand untuk meneliti peluang mengembangkan sumber makanan dari spesies serangga lokal, selain menilai peluang pasar di daerah miskin dari negara-negara tersebut.
Di banyak negara, orang umumnya makan jangkrik, belalang, semut, dan sejenis belatung seperti ulat kumbang, dan juga spesies ulat pohon dan kalajengking.
Beberapa ahli juga telah mereferensikan entomofagi secara lebih luas, yakni bukan hanya konsumsi serangga tetapi juga arthropoda seperti tarantula, dan miriapoda seperti lipan. Istilah tersebut tidak mencakup konsumsi krustasea (udang, lobster), di mana orang Amerika dan di negara maju lain mengkonsumsinya dengan mewah (membeli dengan harga mahal).
Tim McGill mengatakan spesies serangga lokal, tergantung pada tiap wilayah di dunia, bisa ditumbuk menjadi tepung untuk dibuat roti kaya protein.
Banyak pihak dari PBB dan kelompok-kelompok lain yang bekerja untuk memecahkan masalah kelaparan dunia optimis pada konsumsi serangga secara massal dapat meningkatkan ketahanan pangan dengan cara yang ramah lingkungan dan ekonomi berkelanjutan. (medicaldaily.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...