Seruan Amnesty International Tangani Pengungsi
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Amnesty International (AI) menyerukan pemimpin dunia untuk bertindak lebih banyak dalam melindungi pengungsi dan pendatang.
Dalam laporan terbarunya, organisasi hak asasi manusia itu menggambarkan masalah tersebut, sebagai salah satu tantangan di abad ke-21.
AI menambahkan, pemerintah-pemerintah dunia gagal dalam bertanggung jawab secara hukum dan juga secara kemanusiaan, atas para pendatang di kawasan Mediterania serta juga pendatang umat Rohingya dan warga Bangladesh ke negara-negara Asia Tenggara.
Nasib sekitar empat juta warga Suriah, yang harus mengungsi dari tanah kelahirannya karena konflik di negara itu juga menjadi salah satu fokus laporan AI.
Sebanyak 95 persen dari antara mereka mengungsi ke Turki, Lebanon, Yordania, Irak, dan Mesir, namun negara-negara yang menampung mereka, menurut AI, kewalahan menghadapi arus masuk pengungsi.
Pengungsi di Mediterranea
Warga asal Afrika sub-Sahara yang diselamatkan di kawasan Mediterania biasanya disebut pendatang dan bukan pengungsi.
AI juga meminta pemerintah-pemerintah dunia, mempertimbangkan kembali penggunaan istilah 'migran' atau 'pendatang' bagi orang-orang asal Afrika sub-Sahara, yang menggunakan kapal dan alat transportasi lain untuk meninggalkan negara mereka.
Banyak dari mereka yang diselamatkan di kawasan Mediterania, misalnya, seharusnya disebut sebagai 'pengungsi' karena melarikan diri dari kawasan yang dilanda perang.
Dengan status pengungsi, menurut Direktur Masalah Global AI, Audrey Gaughran, mereka akan mendapat perlindungan internasional.
Menurut AI, jumlah warga yang terpaksa meninggalkan rumahnya secara global, sudah melewati 50 juta, yang pertama kali dicapai sejak Perang Dunia II. (bbc.co.uk)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...