Sesak namun Tetap Sakral, Perayaan Waisak di Tanah Betawi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Komplek Wihara Ekayana Arama di Duri Kepa, Jakarta Barat, Sabtu (25/5) terasa penuh dan sesak. "Perayaan Waisak tahun ini lebih ramai," kata Akuang, salah seorang diantara 8000 umat Budha di Tanjung Duren yang merayakan Waisak 2557 di wihara tersebut. Ia pun berharap, seraya antusias merayakan Waisak tahun ini agar semakin dientengkan secara rejeki.
"Kasih Buddha Menerangi Dunia" menjadi tema Waisak 2557. Tema yang diangkat ini diharap dapat menuntun umat Budha. "Umat Budha semakin menyadari pentingnya menerapkan ajaran Budha dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran Budha yang simple, hidup sadar penuh, dengan diri kita, orang-orang di sekitar kita, dan lingkungan kita. Kalau kita sadar penuh, niscaya kita tidak akan menimbulkan konflik dalam diri kita, konflik dengan orang-orang di sekitar kita, dan konflik komunal dengan lingkungan kita.", kata Bhante Nyana Gupta, anggota pengurus Sangha Agung Indonesia.
Ketika puja bakti untuk menyambut detik-detik Waisak, serombongan muda mudi wihara Ekayana memakai pakaian khas Betawi mengiringi prosesi memberi persembahan di depan patung Budha, dan dilanjutkan pembacaan parita, dan meditasi.
Leluasa
Dalam ceramah keagamaannya di rangkaian puja bakti, Kepala Ekayana Buddhist Centre Bhante Aryamaitri, mengatakan Waisak secara nasional pertama kali dirayakan pada 22 Mei 1953 di Candi Borobudur dan menjadikan Waisak hari libur nasional pada 25 Mei 1983. Ketika belum menjadi hari libur, umat Budha dalam merayakan hari Waisak di wihara terpaksa harus mencari waktu hari libur, seperti hari Minggu. Setelah resmi Waisak menjadi hari libur maka umat Budha dapat merayakan hari Waisak dengan leluasa dan juga teratur.
Dalam pesan Sangha Budha Indonesia yang dibacakan Bhante Aryamaitri, memperingati Waisak tidak hanya dibatasi dengan hanya mengenang tiga peristiwa, yaitu kelahiran Sidharta Gotama, ketika Sidharta Gotama bertapa menjadi Buddha, dan wafatnya Sidharta Gotama tetapi juga mengenang kehadiran Sang Budha yang penuh kasih dan menerangi dunia dengan utuh. Cara mengenang kehadirannya yang terbaik dengan menempuh jalan Dharma, yaitu dengan menghadirkan kasih semesta yang dapat memberikan kebahagiaan bagi semua makhluk.
Tokoh Nasional
Usai puja bakti, Wihara Ekayana Arama menerima kunjungan para tokoh nasional dan lintas agama. Mereka disambut dengan tarian yang dibawakan Ekayana Youth Dancer. Dalam kunjungan ini hadir, mantan Wakil Presiden dan Ketua Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla, Asisten Deputi Gubernur DKI Bidang Pengendalian Pemukiman Hari Jogja, Ketua Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (DPN APINDO) Sofyan Wanandi, Sekretaris Umum Apindo Suryadi Sasmita, dan anggota DPRD DKI Ernawati Sugondo.
Dalam menyambut perayaan Waisak ini, Jusuf Kalla, mengatakan umat Budha di Indonesia mempunyai hak sama seperti warga negara lainnya dengan menjadikan hari Waisak hari libur supaya umat Budha dapat merayakan hari raya keagamaannya. Umat Budha juga memiliki sumbangan besar bagi Indonesia dengan warisan Candi Borobudur.
Menyinggung kehidupan umat beragama, mantan wakil presiden itu mengatakan, "Prinsip pokok umat beragama adalah bagaimana memberi pandangan hidup yang baik, menerangi kehidupan." Seraya memberi contoh, "Salah satu sumbangan berharga bagi orang lain yang dilakukan Wihara Ekayana dengan memberi sarana pengobatan, dan donor darah teratur." Sebagai Ketua Palang Merah Indonesia, Kalla juga sangat menghargai kegiatan donor darah teratur yang dilakukan umat di Wihara Ekayana.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...