Sesame Street Bantu Anak-anak Timur Tengah Korban Perang
SATUHARAPAN.COM – Berbagai konflik di Timur Tengah berdampak buruk bagi anak-anak, bagian dari populasi yang paling rentan. Dengan perang saudara di Suriah yang memasuki tahun ketujuh dan wilayah-wilayah Irak yang direbut kembali dari militan ISIS masih belum stabil, jutaan anak-anak di kamp pengungsian harus menghabiskan tahun-tahun awal dalam kehidupan mereka menghadapi konsekuensi mengerikan dari perang.
Sesame Workshop, organisasi nirlaba Amerika yang membuat acara pertunjukan boneka anak-anak populer, Sesame Street, mengatakan akan mengirimkan boneka-boneka kesayangan Muppets ke beberapa negara tersebut, untuk membawa keriangan dan membangun ketahanan anak-anak yang terdampak perang.
Dalam wawancara dengan VOA, wakil presiden senior Sesame Workshop untuk dampak sosial internasional, Shari Rosenfeld, mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan Komite Penyelamatan Internasional untuk memberikan pendidikan usia dini untuk membantu anak-anak dan keluarga mereka mengatasi trauma akibat konflik.
“Kami akan mengirimkan dalam dua cara, yaitu langsung, layanan perorangan untuk 1,5 juta anak paling rentan, serta siaran pendidikan baru yang akan menjangkau 9,4 juta anak di Irak, Yordania, Lebanon, dan Suriah,” kata dia. â
Rosenfeld mengatakan program tersebut akan menayangkan versi lokal Sesame Street untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan yang menarik, yang mencakup pelajaran membaca, bahasa, matematika dan keterampilan sosial.
Penyesuaian Karakter
Boneka-boneka untuk program ini tidak akan menggunakan nama-nama karakter populer seperti Elmo, Big Bird, dan Cookie Monster. Boneka-boneka akan menggunakan nama-nama setempat dan akan menggunakan bahasa Arab serta Kurdi.
“Konten kami tidak hanya tersedia melalui siaran televisi tradisional, tapi juga akan tersedia dalam berbagai digital platforms, seperti WhatsApp,” kata dia.
Program tersebut juga akan memberikan dukungan secara langsung kepada anak-anak dan orang tua di pusat-pusat belajar yang dilengkapi materi-materi belajar sambil bermain, kata dia menambahkan. Para pekerja terlatih dari program ini akan melakukan kunjungan rumah dan pelatihan untuk hampir 800.000 pengasuh untuk mengurangi dampak stres toksik pada anak hingga usia 3 tahun.
“Stres toksik” terjadi ketika perkembangan otak anak terganggu karena mengalami kesengsaraan dalam waktu lama dan bisa menyebabkan masalah-masalah seperti melukai diri sendiri, percobaan pembunuhan, dan perilaku agresif.
Save the Children, lembaga swadaya masyarakat untuk hak-hak anak, tahun lalu menemukan jutaan anak Suriah yang terpapar peperangan, sekarang menderita “stres toksik” dan membutuhkan bantuan segera untuk mencegah agar kerusakan menjadi tidak bisa diperbaiki.
Dana Bantuan Anak-anak PBB, UNICEF, memperkirakan 1,7 juta anak Suriah tidak bersekolah dan 2,5 juta anak Suriah hidup sebagai pengungsi dan atau melarikan diri untuk menyelamatkan diri. (voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
Lebanon Usir Pulang 70 Perwira dan Tentara ke Suriah
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebanon mengusir sekitar 70 perwira dan tentara Suriah pada hari Sabtu (27/1...