John Wakum, Pejuang Papua Merdeka, Meninggal di PNG
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - John Abraham Wakum, salah seorang aktivis yang memperjuangkan aspirasi Papua Merdeka di masa mudanya, meninggal dunia di tempat pengasingannya di Papua Nugini (PNG), pekan lalu.
Berita kematiannya dikabarkan oleh Szilvia Csevár, pengacara hukum internasional yang bermukim di Belanda, yang turut tergabung dalam International Lawyers for West Papua (ILWP).
"John Abraham Wakum meninggal minggu lalu. Seluruh hidupnya diisi dengan perjuangan untuk mendapatkan kembali tanah airnya, tanah yang tidak pernah lagi ia menginjakkan kaki di sana," demikian Csevár menulis lewat akun Twitter @szilviacsevar.
Menurut Csevár, John Wakum masih tercatat sebagai pelajar ketika pihak militer menangkapnya di masa Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada tahun 1969.
Pada tahun 1984, ia ditangkap kembali oleh aparat keamanan dan memukulinya. Ia berhasil melarikan diri dan pergi ke Papua Nugini dan bermukim di sana hingga saat kematiannya.
Lewat akun Twitternya, Csevár menceritakan pertemuan mereka terakhir kali pada bulan November 2016. Csevar bersama seorang pastor Katolik dan fotrografer Taco Van der Eb menemui John Wakum di tempat tinggalnya.
"Jalan tanah menuju teras kayu di tepi pantai. Pria dengan kacamata hitam itu duduk di sofa yang sudah robek di sana-sini. Pakaiannya ditambal tetapi tidak kotor. Mereka berasal dari Belanda, ingin tahu tentang Papua, Bapa (pastor) berkata kepadanya. Pria itu berbicara dengan suara lembut dan terdengar jauh. Dia kembali seperti seorang pelajar, seperti saat militer menangkapnya tatkala Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969 yang memalukan. Air mata muncul dari balik kacamata hitamnya, seperti pada tahun 1984, ketika ia ditangkap lagi dan berulang kali dipukul dengan ikat pinggang."
Menurut Csevár, John Wakum direncanakan menjalani operasi mata namun meninggal secara tragis karena komplikasi medis.
Dalam pertemuan dengannya tahun 2016, kata Csevár, John Wakum terutama berbicara tentang kehidupan dan perjuangan pribadinya yang dia lalui selama bertahun-tahun sejak tahun 60-an. "Tetapi jelas bahwa dia tidak pernah menyerah dalam hal Papua menjadi negara merdeka," kata Csevár.
Diperkirakan ada 10.000 rakyat Papua yang menyeberang ke Papua Nugini pasca Pepera tahun 1969. Banyak di antara mereka hidup dengan serba kekurangan dari layanan dasar seperti layanan pendidikan dan kesehatan. Banyak pula yang tidak memiliki status kewarganegaraan (stateless).
Editor : Eben E. Siadari
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...