Seskab Enggan Komentari Celotehan Hasto Kristiyanto
BOGOR, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Kabinet (Seskab) Andi Widjajanto enggan mengomentari pernyataan Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal (Plt Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengenai kaitan penetapan tersangka kepada Komjen (Pol) Budi Gunawan sebagai tersangka. Demikian pula terkait dengan tindakan pihak Komjen (Pol) Budi Gunawan yang melaporkan Abraham Samad (Ketua KPK) dan Bambang Widjojanto ke Kejaksaan Agung dan Mabes Polri.
“Saya tidak bisa konfirmasi tentang hal itu. Saya belum mendengar pernyataan Mas Hasto (Plt. Sekjen PDI Perjuangan), belum ada konfirmasi,” ujar Andi kepada wartawan di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (22/1) siang.
Menurut Andi, Presiden Jokowi belum memberikan arahan apa pun terkait dengan apa yang disampaikan oleh Hasto Kristiyanto maupun dengan tindakan pihak Komjen Polisi Budi Gunawan yang melaporkan Abraham Samad (Ketua KPK) dan Bambang Widjojanto ke Kejaksaan Agung dan Mabes Polri.
Andi menegaskan, proses hukum tentang penetapan Pak Budi Gunawan sebagai tersangka itu sepenuhnya diserahkan ke penegak hukumnya dan kepada individu Pak Budi Gunawan sendiri.
“Itu yang diberikan kesempatan oleh Pak Jokowi terutama tentang individu Pak Budi Gunawan sehingga Pak Budi Gunawan belum dilantik sebagai Kapolri,” kata dia.
Saat ditanya wartawan hingga kapan proses penundaan ini akan berlangsung, Andi hanya menjawab maksimal sampai ada kejelasan status dari Pak Budi Gunawan,” kata dia.
PDI Perjuangan Punya Bukti
Sebelumnya, sejumlah media memberitakan, Plt Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, pada Kamis (22/1), mengaku Ketua KPK Abraham Samad beberapa kali bertemu dengan petinggi partai tersebut jelang pelaksanaan pemilu presiden (pilpres) 2014 lalu.
“PD Perjuangan memiliki bukti pertemuan dengan Abraham Samad dan akan meminta membentuk Komite Etik di KPK untuk memproses masalah Abraham Samad tersebut,” kata Hasto.
Menurut dia, pertemuan tersebut tak bisa dimungkiri terkait dengan situasi politik pada waktu itu, yakni calon wakil presiden untuk Joko Widodo (Jokowi). Hasto mengatakan pertemuan petinggi PDIP dengan Abraham Samad atas lobi dua orang berinisial “D” yang mengaku mengenal dengan dekat Abraham Samad.
Diakui juga bahwa Abraham Samad memang berambisi menjadi pendamping Jokowi. Namun, seluruh keputusan cawapres diambil Jokowi sendiri dengan melihat realitas dukungan politik di lapangan. Jokowi pun memutuskan pendampingnya Jusuf Kalla, mantan Ketua Umum Partai Golkar.
Dalam pertemuan dengan petinggi PDIP, Abraham Samad, dibeberkan Hasto, mengenakan masker dan bertopi hitam.
“Setelah Jokowi menetapkan Jusuf Kalla sebagai cawapres, dirinya yang bertugas menyampaikan informasi keputusan Jokowi kepada Abraham Samad pada malam jelang dini hari, 19 Mei 2014,” ujar Hasto.
Saat diberi tahu, lanjut Plt Sekjen PDI Perjuangan itu, Abraham Samad mengaku sudah mengetahui keputusan Jokowi karena semua nomor telepon ikut disadap.
“Ya, saya tahu, bahwa saya melakukan penyadapan. Saya tahu bahwa yang menggagalkan ini adalah Pak Budi Gunawan,” kata Hasto menirukan gaya bicara Abraham Samad saat itu.
Dia menambahkan, setelah Jokowi menetapkan Jusuf Kalla sebagai cawapres, dirinya yang bertugas menyampaikan informasi keputusan Jokowi kepada Abraham Samad pada malam jelang dini hari, 19 Mei 2014.
“Beberapa anggota Kabinet Kerja siap memberi keterangan sebagai saksi atas apa yang dilakukan Abraham saat itu,” tutur Hasto. (setkab.go.id)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...