Setara Institute: Isu Utama Papua Diskriminasi dan Ketidakadilan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Setara Institute menilai prakarsa dari berbagai pihak untuk membuat sejuk pascaperistiwa pembubaran salat Idul Fitri di Tolikara, Papua, perlu diapresiasi sehingga tidak menimbulkan efek kelanjutan.
Namun, kata Ketua Setara Institute Hendardi, langkah itu belum cukup, karena isu utama Papua adalah diskriminasi dan ketidakadilan berkelanjutan. Apalagi hampir semua temuan dan pernyataan orang Papua menyangkal penyerangan tersebut.
"Artinya ada kekuatan lain yang menghendaki kekerasan itu terjadi. Salah satu langkah pendek menjawab ketidakadilan itu adalah mengungkap motivasi penembakan terhadap 12 warga Papua dan menghukum secara sepadan aparat yang menggunakan senjata dengan tidak bertanggung jawab," kata Hendardi di Jakarta, hari Sabtu (25/7).
Untuk itu, kata Hendardi tidak cukup bagi Kapolri hanya mengatakan bahwa penembakan itu dilakukan untuk melindungi hak beribadah umat Muslim.
"Sebab di tempat lain polisi tidak pernah melakukan hal serupa, apalagi dengan senjata," kata dia.
"Polisi terdiam, saat jemaat GKI Yasmin gagal beribadah, jemaat Ahmadiyah Cikeusik dibantai, dan banyak lagi kelalaian polisi dalam kasus pelanggaran kebebasan beragama," dia menambahkan.
Dalam jangka panjang, lanjut Hendardi, Presiden Jokowi harus memprakarsai penyusunan desain kebijakan penghapusan diskiriminasi dan kekerasan yang lebih komprehensif di Papua, termasuk mengadili kasus pelanggaran HAM di Papua.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...