Setiap hari Ribuan Warga Ethiopia Mengungsi Akibat Pertempuran
ADIS ABABA, SATUHARAPAN.COM-Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan bahwa ribuan orang melarikan diri dari wilayah Tigray yang dilanda konflik di utara Ethiopia dan daerah perbatasan dengan Sudan, dan sekarang menghadapi keadaan darurat pengungsi yang parah.
"Krisis kemanusiaan skala penuh sedang berlangsung," kata juru bicara badan pengungsi PBB, Babar Baloch, dalam jumpa pers virtual haru Selasa (17/11). Sekitar 4.000 orang melarikan diri melintasi perbatasan setiap hari, kata Baloch.
Secara keseluruhan, lebih dari 27.000 orang kini telah berdatangan ke Sudan sejak konflik di Tigray meletus di sana dua pekan lalu. “Pengungsi yang melarikan diri dari pertempuran, dan terus berdatangan dengan kelelahan dari perjalanan panjang menuju tempat aman, dengan sedikit barang milik,” kata Baloch.
"Langkahnya sangat cepat," katanya, menekankan bahwa Sudan sekarang mengalami "gelombang masuk yang tidak terlihat selama dua dekade terakhir di bagian negara ini."
Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu, mengumumkan serangan militer di wilayah utara yang dinilai membangkang pada 4 November.
Dia mengatakan itu terjadi sebagai tanggapan atas serangan oleh partai penguasa lokal, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), di kamp militer federal. TPLF mendominasi politik Ethiopia selama tiga dekade sebelum Abiy berkuasa pada tahun 2018.
Perseteruan sengit telah tumbuh ketika partai tersebut dikesampingkan, semakin menentang pemerintah pusat. Dan Abiy menolak seruan para pemimpin dunia untuk menghentikan permusuhan dan menerima mediasi.
Ratusan Tewas
Pertempuran baru-baru ini telah menewaskan ratusan orang, meskipun pemadaman komunikasi di Tigray telah membuat sulit untuk menilai bagaimana pertempuran itu berlangsung.
Juga masih belum jelas berapa banyak orang yang mengungsi di dalam Ethiopia, tetapi juru bicara badan kemanusiaan PBB, Jens Laerke, mengatakan mengingat jumlah orang yang melintasi perbatasan "mungkin ada pengungsian besar-besaran" di dalam Tigray.
Baloch juga memperingatkan bahwa konflik itu juga merupakan "keprihatinan besar yang sedang berlangsung bagi populasi pengungsi Eritrea" di Tigray, yang katanya berjumlah hampir 100.000.
"Potensi pengungsian lebih lanjut di dalam negeri menjadi kemungkinan yang nyata," katanya, memperingatkan bahwa "situasi kemanusiaan akibat krisis ini berkembang pesat." (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...