Setiap Negara Harus Atasi Dua Penyebab Migrasi Besar-besaran
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Antonio Guterres, Kepala Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyebut setiap negara harus mengatasi dua penyebab terjadinya gelombang migrasi besar-besaran di dunia yakni perubahan iklim dan konflik berkepanjangan.
“Kami membutuhkan dorongan yang kuat untuk perdamaian menjadi prioritas mutlak karena untuk membawa perdamaian ini ke level yang lebih tinggi, selain itu dibutuhkan kinerja mengatasi keadilan lingkungan,” kata Guterres dalam konferensi pers perpisahan di markas Jenewa PBB, hari Minggu (20/12), seperti diberitakan situs resmi UNHCR.
Guterres akan mengakhiri sepuluh tahun kepemimpinannya di UNHCR pada tanggal 31 Desember 2015, dia menyebut dalam masa pemerintahannya saat menangani migrasi akibat perubahan iklim dan konflik, setiap negara dituntut melakukan upaya diplomatik secara bersama-sama dengan pihak lain.
Dia mencontohkan kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim yang baru saja dilaksanakan di Paris akan menjadi landasan setiap negara dalam menangani perubahan iklim, dan mengatasi konflik.
Dia menganggap penting adanya pembaharuan dalam perdamaian agar situasi kondusif berada di level yang lebih tinggi agar tidak ada lagi istilah rekor perpindahan migran secara besar-besaran di berbagai penjuru dunia.
“Kita harus bekerja keras menanamkan perdamaian di wilayah bermasalah seperti yang saat ini sedang berproses di Suriah, Libya, dan Yaman. Proses dan pembicaraan perdamaian akan berpengaruh kepada naik turunnya jumlah migran tahun 2016,” dia menjelaskan.
Guterres ingat bahwa tahun ketika ia pertama kali menjabat, UNHCR membantu sampai satu juta migran kembali ke tempat tinggalnya semula dengan aman. Namun tahun lalu, hanya 124.000 migran yang mampu melakukannya.
Dia mengatakan bahwa eskalasi di pengungsian di berbagai negara di dunia mengalami kenaikan dari 38 juta menjadi hampir 60 juta
“Saat ini organisasi kemanusiaan tidak lagi mampu memberikan dukungan, UNHCR kurang mampu merespon kebutuhan masyarakat,” dia menjelaskan.
Dia menjelaskan laporan publikasi Tren Tengah Tahunan UNHCR yang meliputi periode dari Januari sampai akhir Juni 2015, menunjukkan bahwa para migran melakukan perpindahan tempat dengan beberapa alasan yakni mengungsi, mencari suaka, dan terpaksa mengungsi di dalam negara mereka sendiri.
Jumlah pengungsi total global, menurut catatan UNHCR tahun lalu sebanyak 19,5 juta jiwa, sementara pada pertengahan 2015 jumlah tersebut naik sebesar 20,2 juta jiwa, angka 20,2 juta jiwa merupakan yang tertinggi untuk pertama kalinya sejak 1992. Permohonan pencari suaka di seluruh dunia sementara sejumlah 993.600 jiwa.
Dalalm kesempatan berbeda, Organisasi Internasional untuk Migrasi atau IOM memprediksi jumlah pengungsi dan migran yang mencapai Eropa lewat laut dan darat tahun ini akan melebihi satu juta jiwa.
Dalam sebuah pernyataan, hari Jumat (18/12) pada Hari Migran Internasional, sebanyak 990.761 jiwa telah tiba dari Afrika dan Timur Tengah. Sekitar 800.000 jiwa melintas dari Turki ke Yunani, sebagian besar mereka–lebih dari setengahnya, sekitar 455.000 jiwa–adalah warga Suriah. (unhcr.org/voaindonesia.com).
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Bayu Probo
Festival Film Berlin Tinggalkan Medsos X
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Festival Film Berlin menjadi festival film papan atas Eropa terbaru yang ...