Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 14:14 WIB | Selasa, 03 September 2013

Setidaknya 320.000 Virus Baru Ditularkan dari Satwa

Ilustrasi (Foto: bbc.co.uk)

COLOMBIA, SATUHARAPAN.COM – Hasil studi menunjukkan, ada setidaknya 320.000 virus yang beredar pada satwa liar. Dan, hampir 70% dari virus itu menulari manusia, misalnya HIV, Ebolan dan yang terbaru, Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS-COV).

Para peneliti mengatakan bahwa mengidentifikasi virus, terutama yang dapat menyebar ke manusia, dapat membantu mencegah pandemi di masa depan. Pandemi adalah epidemi dari penyakit menular yang menyebar melalui populasi manusia. Mereka memperkirakan penelitian ini bisa menghabiskan Rp 720 triliun, tetapi biaya tersebut sangat kecil jika berurusan dengan pandemi utama. Riset ini telah dipublikasikan di jurnal mBio.

Profesor Ian Lipkin, direktur Pusat Infeksi dan Imunitas Universitas Columbia, Amerika Serikat, mengatakan: “Apa yang kita bahas kali ini adalah tentang mendefinisikan berbagai macam virus dalam mamalia. Dan, niat kami adalah ketika kita mendapatkan informasi lebih lanjut, kita akan dapat memahami prinsip-prinsip yang mendasari faktor penentu risiko.”

Hampir 70% dari virus yang menulari manusia, seperti HIV, Ebolan dan Sindrom Pernapasan Timur Tengah baru (Mers), berawal dari satwa liar.Untuk meneliti, para peneliti di AS dan Bangladesh mempelajari spesies kelelawar sebagai flying fox. Hewan ini membawa virus Nipah. Virus Nipah jika menginfeksi manusia, menyebabkan kematian.

Dengan mempelajari 1.897 sampel yang dikumpulkan dari kelelawar, ilmuwan mampu menilai berapa banyak patogen yang dibawa dari hewan tersebut. Mereka menemukan hampir 60 jenis virus, sebagian besar belum pernah terlihat sebelumnya.

Tim kemudian memperkirakan angka ini untuk semua mamalia yang sudah dikenali dan menyimpulkan setidaknya ada 320.000 virus yang belum terdeteksi. Para peneliti mengatakan bahwa untuk mengidentifikasi virus ini akan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk meraih selangkah lebih maju dari penyakit yang menjadi ancaman bagi kesehatan manusia.

Profesor Lipkin mengatakan, “Kita tidak bisa meneliti setiap binatang di planet ini, tetapi kita bisa berusaha dan mengelompokkan dengan sebaik mungkin seperti menggunakan konsep tersebut sebagai hotspot.

“Kita melihat kepada area yang kita tahu, berdasarkan pengalaman sebelumnya, ada kemungkinan besar bahwa perantara infeksi baru akan muncul atau menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan manusia.” Dia mengatakan bahwa penelitian ini akan memakan waktu sekitar 10 tahun dan menelan biaya milaran dolar.

Namun dia menambahkan, “Meskipun tampak menjadi beban yang luar biasa untuk mengejar pekerjaan yang seperti ini, sangat berarti jika dibandingkan pengakuan dan intervensi risiko pandemi di masa mendatang.”

“Idenya adalah untuk mengembangkan sistem sedini mungkin. Sebuah proyek terkait, disebut melakukan prediksi bahwa sejauh ini telah ditemukan 240 virus baru di dunia. Virus-virus baru ini akibat manusia mempunyai kontak dekat dengan hewan.

Mengomentari penelitian tersebut, Profesor Jonathan Ball dari Universitas Nottingham, mengatakan, “Para penulis fokus pada kelelawar karena menjadi sumber yang utama dari sejumlah wabah virus pada manusia.”

“Tapi kita harus ingat, kelelawar mempunyai gaya hidup yang bermanfaat bagi virus – mereka tinggal di komunitas besar, mereka tersebar di seluruh dunia dan mereka terbang dengan jarak yang sangat jauh,” katanya.

“Benar atau tidak, mamalia lain membawa susunan yang sama yang serupa dengan virus, merupakan pertanyaan penting untuk ditanyakan, dan tidak diragukan lagi bagi para peneliti” kata Ball.

“Apakah penelitian berskala besar seperti ini membantu kita memprediksi atau mengontrol wabah virus yang lebih baik di masa mendatang.” Dia menambahkan, "Jumlah potensi tampungan virus yang sangat besar – ada lebih dari seribu spesies kelelawar – dan hewan lain untuk ancaman virus yang lain." (bbc.co.uk)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home