Shinzo Abe: Womenomics untuk Mendorong Kemajuan Ekomoni
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Berbeda dengan isi pidato para kepala negara dan pemerintahan pada sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Perdana Menteri Jepang menyoroti peran perempuan dalam pembangunan ekonomi.
Dia menyebutkan bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara jawabannya terletak pada teori womenomics yang menegaskan bahwa lebih banyak perempuan yang maju dalam sebuah masyarakat, akan semakin tinggi pertumbuhan yang dialami.
PM Pepang, Shinzo Abe, mengatakan hal itu dalam sidang Majelis Umum PBB, di New York, hari Kamis (26/9) sore atau pagi waktu Indonesia. Dia menegaskan bahwa teori ini menuntut diciptakannya lingkungan di mana perempuan merasa nyaman untuk bekerja dan meningkatkan peluang bagi mereka untuk menjadi aktif dalam masyarakat.
Womenomics, kata dia melanjutkan, akan menciptakan sebuah "masyarakat di mana perempuan bersinar."
Untuk itu, Pemerintah jepang menjanjikan dukungan finansial dan diplomatik untuk Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (atau UN Women).
Jepang, kata dia, akan membantu terutama pada isu kekerasan seksual terhadap perempuan, dan perlindungan perempuan dalam bencana alam.
Tiga Contoh
Abe memperjelas konsep pembangunan negara yang ditujukan untuk menciptakan "masyarakat di mana wanita bersinar" dengan memberikan tiga contoh.
Pertama, dia berbicara tentang Tokiko Sato, seorang spesialis bantuan Jepang yang mendedikasikan hidupnya untuk meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan anak di sebuah desa terpencil di Yordania.
Di sana ada tiga daerah di mana pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) bergerak lambat. Jepang menjanjikan upaya yang lebih besar di bidang kesehatan dan perawatan medis bagi perempuan.
Contoh kedua adalah Nilufa Yeasmin, dari Bangladesh yang bekerja sebagai penjual dan instruktur pada penggunaan sistem penjernihan air dari Jepang. Program ini menunjukkan hasil dari mempromosikan partisipasi perempuan dalam masyarakat. Hal ini juga menjadi pendorong kemajuan bisnis di Afrika.
Contoh terakhir adalah pada Islam Bibi, seorang perwira polisi Afghanistan yang menjaga tempat pemungutan suara (TPS) untuk memantau pemilihan umum untuk menjaga perempuan bisa menggunakan hak pilihnya.
Namun Islam Bibi bulan Juli lalu dibunuh oleh kelompok Taliban. Teladannya menunjukkan pentingnya partisipasi perempuan dan perlindungan di bidang perdamaian dan keamanan.
Abe mengatakan, "Jepang ingin melakukan upaya terhadap langkah-langkah yang akan menjamin partisipasi perempuan di semua tahapan, termasuk pencegahan dan resolusi konflik , serta perdamaian, menjaga hak-hak dan kesejahteraan fisik perempuan yang terkena bahaya dalam masa konflik."
Abe menyebutkan bahwa Jepang menyediakan dana sebesar tiga miliar dolar AS (setara dengan Rp 34,5 triliun) untuk program pembangunan tersebut. (un.org)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...