Sidang Tahunan PBB, Indonesia Fokus Tiga Isu
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Ada tiga isu utama yang menjadi fokus Indonesia dalam sidang umum tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-69 tahun 2014. Ketiga isu tersebut adalah perubahan iklim, agenda pembangunan global pasca 2015, dan solusi konflik di berbagai wilayah dunia.
"Sidang tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, baik persidangan maupun rangkaian kegiatan para pemimpin dunia," ucap Presiden SBY, di tepi jalan 1st Avenue, depan Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (24/9) sore waktu setempat atau Kamis (25/9) pagi WIB.
"Semua sepakat, ini merupakan sesuatu yang berbeda," Presiden SBY menambahkan.
Dalam isu perubahan iklim dan pemanasan global, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai kerja sama pada tingkat global semakin baik, efektif, dan nyata. Terutama dalam menghadapi Konferensi Perubahan iklim 2014 di Peru dan tahun depan di Prancis.
Aktif dalam isu ini sejak tahun 2007, SBY melihat perhatian dunia pada perubahan iklim makin baik. "Indonesia mengambil bagian penuh untuk memastikan bahwa kerja sama global dalam mengatasi perubahan iklim bisa dilaksanakan dengan lebih efektif lagi," kata Presiden SBY.
Selasa (23/9) malam waktu New York, Presiden SBY bersama sekitar 25 pemimpin dunia diundang Sekjen PBB Ban Ki-moon mendiskusikan konferensi di Peru dan Prancis tersebut beserta tantangan perubahan iklim yang sedang dihadapi dunia. SBY menyampaikan pengalamannya, termasuk saat Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Perubahan Iklim 2007 di Bali, kemudian berpartisipasi kembali tahun 2009, di Kopenhagen, Denmark.
Presiden SBY menyampaikan apa yang dilaksanakan Indonesia sudah benar dan betul-betul on the right track. Hanya perlu terus djaga dan ditingkatkan. "Saya berharap pemerintah yang akan datang memiliki kepedulian yang sama, dan benar-benar menjadi bagian dari masyarakat dunia untuk menyelamatkan tanah air kita dalam rangka menyelamatkan bumi kita," Presiden SBY menjelaskan.
Pembangunan Pasca 2015
Isu besar kedua adalah tentang agenda pembangunan pasca 2015. Indonesia memiliki posisi kuat karena menjadi co-chair dalam merumuskan agenda tersebut. Dalam diskusi-diskusi di PBB, semua negara sepakat agenda pembangunan pasca Millennium Development Goals (MDGs) harus semakin fokus, efektif, dan makin berhasil.
Tahun ini lebih ditekankan lagi bahwa pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, tidak boleh merusak lingkungan atau sustainable development concept. "Konsep green growth. Indonesia ikut menjadi bagian dalam mengembangkan kebijakan, doktrin, dan program yang berkaitan dengan pembangunan yang berkelanjutan ini," kata SBY.
Solusi Konflik
Isu ketiga, para pemimpin dunia memberi perhatian besar terhadap perkembangan situasi di Timur Tengah, utamanya di Irak dan Suriah. Juga situasi di Ukraina, Afrika, dan kawasan lain. Indonesia akan terus berkontribusi untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Presiden SBY menekankan yang lebih penting bagi Indonesia adalah menghadapi gerakan terorisme, radikalisme, dan ekstrimisme di tanah air.
"Yang penting situasi negara kita sendiri. Harus kita cegah terjadinya aksi yang menimbulkan ketakutan dan suasana yang tidak tentram bagi rakyat kita," Presiden SBY menegaskan. (presidenri.go.id)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...