Sidang WCC: Merasakan Nasib Rakyat Palestina di Busan
BUSAN, SATUHARAPAN.COM – Di Busan, Korea, peserta sidang raya WCC bisa merasakan hidup sebagai orang Palestina di bawah pendudukan Israel.
Di tengah-tengah acara sidang raya Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches / WCC) panitia menyelenggarakan program pendampingan di salah satu ruangan yang besar di hall “Madang”. Program ini didedikasikan untuk memberikan perhatian pada konflik yang paling kompleks di zaman ini, antara Israel dan Palestina.
Stan Ecumenical Accompaniment Programme in Palestine and Israel (EAPPI) atau Program Pendampingan Ekumenis di Palestina dan Israel setiap hari selama sidang WCC di Busan menjadi tuan rumah bagi peserta untuk bisa merasakan nasib rakyat Palestina di bawah pendudukan Israel.
EAPPI membawa pengunjung ke Tepi Barat untuk mengalami hidup di bawah pendudukan, dan memahami bagaimana pendampingan diberikan bagi mereka yang membutuhkan di daeah dengan konflik yang begitu panjang.
Pendampingan Ekumenis itu bertujuan untuk memberikan pelindung bagi masyarakat rentan, memantau dan melaporkan pelanggaran hak asasi manusia dan dukungan kedua pihak, Palestina dan Israel untuk bekerja sama membangun perdamaian.
Pada Jumat (1/11) kemarin, stan EAPPI menghadirkan Dr. Muna Mushawar, Wakil ketua Forum Ekumenis Palestina Israel. Dia dokter di sebuah rumah sakit Israel di Yerusalem, dan berbicara tentang bagaimana pembatasan gerakan terhadap warga Palestina telah membuat akses mereka pada kesehatan menjadi terbatas.
Pada hari Senin (4/11) stan ini akan menghadirkan Adli Daana dari UNICEFyang bertugas untuk pengembangan program belajar bagi anak-anak Palestina. Dia akan berbicara tentang akses anak-anak Palestina untuk memperoleh pendidikan.
Hari Selasa (5/11) Rifat Kassis, Presiden Dewan Eksekutif Pertahanan untuk Anak-anak Internasional akan berbicara tentang militer Israel yang menggunakan kekerasan terhadap anak-anak Palestina.
Hari Rabu (6/11) akan diisi dengan berbagi pengalaman para pegiat pendampingan ekumenis dari Swiss, Brasil dan Korea. Hari berikutnya, Kamis, Rami Kassis, Direktur Sebuah Grup Pariwisata Alternatif, akan berbicara tentang ziarah perdamaian sebagai cara yang berbeda untuk melihat Tanah Suci. (oikoumene.org)
Bangladesh Minta Interpol Bantu Tangkap Mantan PM Sheikh Has...
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Sebuah pengadilan khusus di Bangladesh pada hari Selasa (12/11) meminta organ...