Sidney Jones: JI Tunggu Momentum Jadikan RI Negara Islam
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Cita-cita untuk menjadikan Indonesia negara Islam tidak pernah terkubur. Kelompok ekstremis Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia tetap menjadikannya cita-cita utama dan aktif melakukan perekrutan anggota. Namun, waktu yang tepat untuk merealisasikan cita-cita itu selalu diperhitungkan secara matang, menunggu momentum yang mendukung.
Pakar terorisme dan Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones, mengemukakan hal itu dalam diskusi bertajuk Evolusi ISIS di Indonesia di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta di Ciputat, Tangsel, 5 Mei 2015.
"Kita tidak tahu kalkulasi mereka kapan akan bergerak. Sementara ini, mereka mengatakan belum waktunya melakukan 'Revolusi Islam' untuk mendirikan negara Islam. Lebih banyak ruginya daripada manfaatnya saat ini. Tetapi mereka menunggu adanya perubahan politik dan ekonomi dan mereka akan memanfaatkan kesempatan itu," kata Sidney Jones, yang dikenal juga sebagai pakar Jamaah Islamiyah berkat penelitian maupun ceramahnya mengenai kelompok yang dipimpin Abu Bakar Baasyir ini.
Di mata Sidney Jones, bila menelisik rekam jejak dalam melakukan aksi, kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau lebih populer dengan sebutan ISIS merupakan ancaman jangka pendek dan jangka menengah bagi Indonesia. Sedangkan JI, menurut dia, adalah ancaman jangka panjang. Kendati demikian, kata dia, gerakan JI harus tetap diamati.
Secara organisasi, menurut dia, JI lebih tertata dibanding ISIS. "JI memiliki cara seleksi anggota yang bagus. Sekarang mereka sudah memasuki generasi ketiga. Berbeda dengan ISIS yang mengirim anggotanya ke Suriah untuk berperang, JI mengirim anggotanya ke Suriah untuk belajar dan membina jaringan sehingga dapat dipakai di Indonesia," tutur Sidney.
Sidney mengatakan cita-cita menjadikan Indonesia negara Islam bagi JI merupakan target jangka panjang. Kendati demikian mereka telah menyiapkannya sejak sekarang, termasuk merekrut tenaga-tenaga profesional yang menurut mereka diperlukan apabila negara Islam yang mereka cita-citakan terealisasi.
"Mereka saat ini merekrut secara aktif di universitas-universitas di Jawa Barat dan Jawa Tengah," kata SIdney. Tahun lalu, menurut dia, sebuah dokumen diperoleh yang diyakini merupakan milik JI di Indonesia. Dokumen itu berbentuk power point untuk presentasi JI. Dokumen itu menunjukkan adanya daftar kebutuhan tenaga terdidik JI meliputi jenis-jenis profesi dan jumlahnya serta daftar tenaga yang sudah berhasil direkrut dan yang belum.
"Misalnya di sana disebutkan mereka sudah berhasil merekrut lima orang dokter. Sedangkan 25 dokter lagi masih didekati. Ada juga kebutuhan akan insinyur Kimia. Yang menarik dan merupakan berita bagus, mereka juga membutuhkan insinyur nuklir lima orang tetapi satu pun belum mereka temukan," tutur Sidney.
Ini menunjukkan bahwa cita-cita mendirikan negara Islam bagi JI dipersiapkan secara matang dan merupakan rencana jangka panjang. "Mereka akan bergerak apabila sudah ada keadaan yang tepat melakukan revolusi Islam," kata Sidney.
Ia mencontohkan Ali Imron, tokoh JI yang melakukan pengeboman dua tahun setelah Soeharto mengundurkan diri. "Mereka sebetulnya merencanakan melakukan revolusi Islam yang besar pada saat itu. Dan mereka mengira, lengsernya Soeharto dapat menjadi momentum melakukan revolusi, tetapi sayangnya tidak," lanjut Sidney.
Editor : Eben Ezer Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...