Sikap Wakil Rakyat
Dengan naif mereka berpendapat bahwa rakyat tak dapat berpikir logis untuk menentukan pilihan....
SATUHARAPAN.COM – Hingga dini hari, Jumat 26 September lalu, saya begadang mengikuti jalannya sidang pengesahan Undang-undang Pilkada. Terlepas dari hasilnya yang sudah jelas bertentangan dari kehendak mayoritas penduduk Indonesia, menurut penelitian Lembaga Survey Indonesia, saya terperangah melihat kelakuan para anggota DPR yang terpampang jelas di layar kaca.
Sebagai bagian dari lembaga terhormat, mereka saling berebut bicara, mengucapkan celetukan yang tidak bijak, bahkan pemimpin lembaga ini pun berkali-kali membuat komentar yang merendahkan partai yang jumlah wakilnya sedikit. Tidak terlihat adanya sikap santun, melainkan sikap arogan dan mau menang sendiri dari orang-orang yang berpakaian mentereng ini.
Namun, hal yang paling membuat hati miris adalah sikap mereka saat mengambil keputusan. Terkesan sekali, rakyat yang mereka wakili tidak terlintas sama sekali dalam pikiran dan hati. Dengan enteng mereka berteriak, ”Voting! Cepat! Jangan berlama-lama!” Sadarkah, bahwa mereka sedang membuat peraturan yang memengaruhi seluruh rakyat untuk tahun-tahun ke depan?
Salah seorang pendukung pemilihan melalui DPRD dengan sembrono bahkan berasumsi bahwa rakyat Indonesia kurang berpendidikan hingga belum sanggup memilih pemimpinnya sendiri. Bapak ini lupa bahwa empat hari lagi ia juga akan menjadi rakyat yang sesuai pendapatnya adalah ”kurang.” Apakah saat itu ia mau mengaku sebagai orang yang kurang pendidikan?
Bahkan, ada sekelompok anggota yang menyatakan mundur untuk menyatakan kekecewaan akibat pendapat mereka tidak diakomodasi. Dengan naif mereka berpendapat bahwa rakyat tak dapat berpikir logis untuk menentukan pilihan: karena tidak dapat memotong apel menjadi 10 bagian, maka lebih baik apel di tangan dibuang. Apakah demikian cara mengambil sikap?
Sebagai rakyat, apa yang harus kita lakukan saat menghadapi kenyataan yang bertentangan dari kepatutan? Ibu Risma, walikota Surabaya, dengan bijak berkata, ”Tuhan yang mengatur apa yang terbaik untuk bangsa Indonesia.” Itu berarti, kita dapat tetap tenang mengingat bahwa bagaimanapun juga nasib bangsa ini tidak lepas dari kedaulatan Allah yang Mahabaik dan Mahakuasa. Dan Tuhan memang tidak tidur.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...