Sinar Mas Grup Bangun Pabrik Baru, Komitmen Lingkungan Dipertanyakan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Komitmen bersejarah dari PT Sinar Mas Grup, salah satu produsen terbesar tisu dan kertas di dunia untuk berhenti menebang pohon di hutan Indonesia menjadi pertanyaan, karena perusahaan tersebut bersiap membuka pabrik pengolahan kertas raksasa di Sumatera Selatan.
Grup Sinar Mas akan membangun pabrik pulp dan kertas yang diklaim sebagai pabrik terbesar di Asia, dengan kapasitas produksi 2 juta pulp per tahun.
"Pabrik milik PT OKI Pulp and Paper ini akan meningkatkan daya saing pabrik kertas Indonesia di dunia, yang tadinya nomor delapan, dengan ini bisa menjadi nomor tiga," kata Managing Director Grup Sinar Mas G Sulistyanto di Jakarta, Senin (18/4), seperti yang diberitakan industri.bisnis.com.
Pembangunan pabrik yang terletak di Ogan Komering Ilir, Palembang ini, kata Sulistyanto, sedang berlangsung dan diperkirakan akan mulai beroperasi pada 2016 atau 2017, yang produksinya berorientasi pada pasar ekspor dengan nilai Rp14 triliun per tahun.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan bahwa pengajuan tax holiday oleh grup Sinar Mas tersebut sudah memenuhi syarat di tingkat kementerian, sehingga saat ini sudah berada di meja kerja Presiden Joko Widodo.
Sebelumnya, lebih dari tiga tahun lalu, Asia Pulp and Paper (APP) berjanji, hanya menggunakan kayu perkebunan, menyusul investigasi dari salah satu pengecam terbesarnya, Greenpeace, yang menunjukkan bahwa produk-produknya, ternyata sebagian dibuat dari pohon-pohon yang terancam keberadaannya.
Greenpeace menganggap pengumuman itu sebagai terobosan, dan perusahaan tersebut memiliki reputasi baru sebagai pembela lingkungan, membantu menarik kembali sejumlah pelanggan yang telah memutus hubungan. Pada saat yang sama, perusahaan itu mendorong rencana untuk membangun pabrik bubur kertas ketiga di Indonesia.
APP mengatakan, akan merespons kekhawatiran mengenai pabrik tersebut.
Andy Tait dari Greenpeace mengatakan seperti yang dilansir dari voaIndonesia.com , APP bertahan bahwa mereka hanya akan memasok pabrik dengan kayu dari perkebunan, atau kayu impor. "Namun kenyataannya kami tidak melihat tanda-tanda APP menarik komitmennya mengenai penebangan hutan pada tahap ini, dan sebenarnya akan menjadi usaha bunuh diri komersial untuk mereka, jika melakukan hal itu," katanya.
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...