Singapore Summit: Jusuf Kalla Jadi Pembicara Kunci
Dua pembicara kunci acara Singapore Summit di Hotel Shangri-La Singapura Sabtu 21/9, adalah Aung San Suu Kyi Pemenang Nobel Perdamaian asal Myanmar dan M. Jusuf Kalla mantan Wakil Presiden RI. Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong menekankan keberlangsungan pertumbuhan ekonomi, pada pertemuan sehari sebelumnya.
Pertumbuhan Ekonomi di Asia
Ekonomi utama Asia telah mencapai titik strategi pertumbuhan telah menjalankan perannya. Dan, perubahan struktural utama harus terjadi, kata Perdana Menteri Lee Hsien Loong tadi malam (20/9).
Mengomentari China dan Jepang secara khusus, ia mengatakan bahwa pertumbuhan yang tinggi berkelanjutan akan bergantung pada para pemimpin mereka melakukan reformasi ekonomi, sosial dan politik yang bisa jadi menyakitkan.
Apakah itu menegakkan hak milik, mengembangkan pasar keuangan atau jaring pengaman sosial, pemerintah aktif yang menciptakan pra-kondisi untuk pasar untuk bekerja dengan baik, katanya.
PM Lee mengamati keadaan ekonomi Asia dan memberikan bacaan tentang prospek kawasan pada Singapore Summit kedua, konferensi dua-hari untuk bisnis .
Ekonomi Regional Asia
Tema pidato JK sapaan akrab M. Jusuf Kalla yang sebenarnya berfokus pada ekonomi regional Asia dan Indonesia, namun dari 10 orang penanya atas pidato JK, hampir separuhnya menanyakan masalah perdamaian, mulai dari soal Thailand Selatan, Rohingya hingga konflik Arab-Israel.
Sekitar 350 orang peserta Singapore Summit yang umumnya CEO perusahaan ternama di Asia, dibuat tertawa oleh joke dan jawaban JK. Menanggapi permintaan penanya bagaimana mengatasi konflik Timur Tengah saat ini. JK memberi pengantar bahwa suasana kekuasaan di sana sangat mutlak, karena itu tidak ada lagi mantan Presiden atau wakil presiden, para pejabat tersebut kalau tidak masuk penjara maka mereka mati terbunuh.
Kesulitan menegakkan perdamaian di kawasan tersebut salah satu penyebabnya karena tidak ada rasa saling percaya, juga masih adanya perbedaan di antara pemimpinnya sehingga tidak sulit melakukan negosiasi. Pemerannya terlalu banyak, kata JK. Hal yang hampir sama terjadi di Filipina Selatan dan Thailand Selatan. Itulah bedanya dengan penyelesaian Aceh, karena ada pemimpin yang saling bertanggung jawab dan bisa didengar serta memiliki rasa saling percaya.
Peserta juga berharap peran JK atas konflik di Rohingya. Yang menurut JK adalah Aung San Suu Kyi lebih paham detail permasalahan di wilayahnya. Tetapi menurut JK, dirinya sudah dua kali berkunjung ke Myanmar sekali di antaranya mengunjungi langsung lokasi konflik tersebut. Kami dan saling bertukar pikiran dengan Presiden Myanmar U Thein Sein, dan pada hemat kami persoalan tersebut sangat kompleks karena menyangkut masalah historis, etnis dan lalu berbau agama. Kami menyampaikan pengalaman Indonesia menyelesaikan konflik Ambon dan Poso. Tetapi masalah Myanmar juga adalah masalah dalam negeri mereka.
Pada acara Singapore Summit ini, JK dan Aung San Suu Kyi menjadi bintang acara. JK yang didudukkan berdampingan semeja dengan Suu Kyi, mendapat kesempatan terlebih dahulu menyampaikan pidatonya. Kedua tokoh ini juga paling sibuk melayani perbincangan di sela-sela acara yang dihadiri para CEO dari Asia tersebut.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...