Sipir Penjara Ruben Island Mengenang Persahabatan dengan Mandela
CAPE TOWN, SATUHARAPAN.COM – Meningalnya Nelson Mandela, seorang ikon anti apartheid dan tokoh rekonsiliasi menjadi duka mendalam bagi berjuta-juta orang. Satu di antara mereka adalah seorang sipir yang selama 18 tahun bekerja di penjara Pulau Ruben Island di antara 27 tahun waktu yang dihabiskan Mandela di tempat penyiksaan itu.
Christo Brand, adalah seorang sipir muda, berusia 18 tahun ketika ditugaskan di pulau penjara itu. Kini dia berusia sekitar 50 tahun. Brand seorang kulit putih Afrikaans, dan seorang sipir. Sedangkan Mandela seorang kulit hitam dan narapidana. Namun keduanya menjalin persahabatan di tempat yang mengerikan itu.
Keduanya juga dari generasi yang berbeda. Ketika mulai bertugas pada tahun 1978, Brand baru berusia 18 tahun, dan Mandela ketika itu sudah berumur 60 tahun. Perbedaan yang mencolok dalam usia, kelompok dan posisi di antara keduanya ternyata menyimpan kisah yang menarik dan mengagumkan.
Pertemuan terakhir antara Brand dan Mandela terjadi dua tahun lalu. Ketika itu Brand membawa istri, anak dan cucu mengunjungi Mandela di Cape Town, pada suatu hari Minggu Sore, dan mereka bercakap sekitar tiga jam.
Mereka terakhir bertemu sekitar dua tahun yang lalu ketika Brand, sekarang berusia 50-an , membawa istrinya , anak dan cucu untuk melihat Mandela di Cape Town dalam kunjungan Minggu sore yang berlangsung hampir tiga jam.
Mereka berbincang tentang masa lalu dan tentang keluarga. Brand menceritakan bahwa Mandela ingin mengambil cucunya, tetapi malu untuk mengatakan kepadanya.
"Ketika saya mendapat pesan bahwa dia meninggal, itu sangat menyedihkan bagi saya," kata Brand kepada kantor berita AP, seperti dikutip Huffington Post, pada hari Sabtu (7/12). "Tapi saya pikir dia berhasil melakukan apa yang dia ingin lakukan. Aku ingin dia pergi dengan damai dan saya berpikir untuk keluarga hari ini, apa yang akan mereka melalui."
Awal Persahabatan
Di penjara Ruben Island, Brand bukannya berlaku seperti umumnya sipir. Dia justru tumbuh dalam pengaruh pikiran Mandela melalui percakapan di antara mereka. Brand disebutkan justru makin ketagihan bercakap dengan Mandela, dan pikirannya mulai berubah mengenai tahanan kulit hitam, khususnya Mandela.
Dia kemudian memperlakukan Mandela secara istimewa, dan berani menyelundupkan roti dan pomade rambut favorit Mandela. Juga coklat untuk anak Mandela yang ulang tahun, Bahkan Brand menyelinapkan bayi cucu Mandela agar narapidana itu bisa memeluknya.
Sementara itu, Mandela mendorong Brand untuk melanjutkan pendidikan dan mempertahankan minat dalam dirinya dan keluarganya. Brand sendiri sempat menghadapi masalah dengan kepala sipir yang mulai curiga, dan karirnya terancam, sehingga terjadi konflik dalam keluarga.
Kisah persahanatan Mandela dengan sipir penjara tidak terbatas pada Brand. Mandela juga dekat dengan sipir lain, yatu James Gregory, namun dia meninggal lebih dulu pada tahun 2003 dalam usia 62 tahun. Buku biografi Gregory berjudul; "Goodbye Bafana: Nelson Mandela, My Prisoner, My Friend," mengisahkan persahabatan itu. Kisah ini kemudian diangkat ke film layar lebar pada tahun 2007 dengan judul: "Goodbye Bafana."
Bertahun-tahun kemudian, Mandela menjadi presiden. Sementara Brand terus bekerja sebagai pegawai rendahan di pemerintahan. Afrika Selatan baru juga sibuk menata diri, dan konstitusi baru Afrika Selatan sedang disusun.
Foto Bersama
Suatu kali Mandela terbang dengan helikopter untuk pertemuan dengan parlemen. Dia memasuki ruangan di mana anggota parlemen memperdebatkan konstitusi baru, kata Brand mengenang.
Mandela berjalan di sekitar ruangan bersalaman dengan anggota parlemen, tetapi kemudian dia melihat Brand, yang ketika itu bertugas mendistribusikan dokumen. Mandela mengulurkan tangannya dan dengan hangat menyambutnya.
"Dia segera membuat pengumuman besar untuk semua orang: “Kau tahu siapa orang ini? Dia adalah sipir saya. Orang ini adalah teman saya," kata Brand menirukan Mandela. Dia merasa sangat rendah dan sekaligus bangga pada saat itu.
Setelah itu ketika anggota parlemen keluar untuk foto bersama, Mandela memaksa agar Brand bersama mereka berfoto. "Dia berkata 'Tidak, tidak. Anda harus berdiri di samping saya, kita saling memilik."
Brand kemudian kembali bekerja di Pulau Robben, tetapi tempat itu tidak lagi sebagai sebuah penjara, melainkan tempat dengan daya tarik wisata yang ramai. Dia dan mantan penjaga lain dan beberapa mantan tahanan memberitahu pengunjung tentang rekonsiliasi rasial Afrika Selatan yang baru.
Persahabatan Brand dan Mandela pun terus berlanjut. Mandela sendiri menjalin persahabatan dengan para mantan sipir lain, yaitu James Gregory dan Jack Stewart. Brand mengatakan bahwa dia pernah berbagi lelucon dengan Mandela tentang tempat peristirahatan terakhirnya.
"Saya katakan kepada Mandela bahwa kita harus mengubur Anda di Robben Island. Lalu dia hanya tertawa. Dia mengatakan, Mengapa? Untuk daya tarik wisata?"
“Dia mengatakan 'Anda harus menghasilkan uang. Tapi saya pikir saya harus pergi ke Qunu (tempat kelahiran Mandela-Red.).” Itulah lelucon menurut Brand dalam percakapan keduanya. Dan Brand merasa terpukul dengan meninggalnya Mandela.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...