Sistem Pico Surya : Teknologi Kecil Yang Menghasilkan Energi Besar
ULM, SATUHARAPAN.COM – Sebuah sistem teknologi yang disebut pico surya berfungsi menampung cahaya matahari dan menjadikannya sumber energi terbarukan. Sistem tersebut sangat kecil, memiliki baterai yang kecil dan lampu Ligth Emitting Diode (LED ) yang sangat efisien.
Sistem ini mengonsumsi energi listrik dalam jumlah yang rendah. LED hanya membutuhkan sepertiga energi dari lampu hemat energi dan hanya sebagian kecil dari energi bola lampu standar. Saat ini, televisi juga menggunakan teknologi LED karena sangat ekonomis dan hanya membutuhkan sekitar seperlima dari energi yang diperlukan.
Untuk investasi awal mengembangkan teknologi LED, hanya dibutuhkan biaya US$ 5 (Rp 46.090). Tapi untuk penerapan sistem penangkap tata surya membutuhkan biaya US$ 25 (Rp 230.450) karena membutuhkan penggunaan baterai dan panel surya yang relatif kecil.
Tahun ini ada sekitar 2,5 hingga 3 juta pengguna sistem pico surya. Saat ini potensi pertumbuhan dan perkembangan sistem pico surya sangat pesat. Sekitar 400 juta rumah tangga di seluruh dunia sudah menggunakan sistem pico surya tersebut.
Dengan menggunakan lampu LED dan sistem pico surya mampu menghemat listrik US$10 (Rp 92.180). Selain itu, penggunaan lampu LED dan sistem pico surya dapat menghasilkan intensitas cahaya 100 bahkan 200 lumen jika dibandingkan penggunaan lampu minyak tanah biasa yang hanya menghasilkan intensitas cahaya 20 lumen.
Selain itu, lampu minyak tanah menimbulkan asap yang dapat mengotori ruangan dan menyebabkan gangguan pernapasan. Menurut data PBB, jutaan orang meninggal tiap tahunnya setiap tahunnya sekitar tiga persen dari rumah tangga di Ethiopia terjadi kebakaran akibat pemakain lampu minyak tanah tapi terkadang juga karena ledakan kompor minyak tanah.
Sistem pico surya hanya menghabiskan biaya US$ 30 (Rp 276.540) dan US$ 80 (Rp 737.440). Biaya tersebut akan sama jumlahnya dengan penggunaan lampu minyak. Sedangkan biaya pemasangan elektrifikasi seluruh desa dan jaringan lokal jauh lebih mahal. Biaya pemasangan sambungan listrik itu bisa mencapai rata-rata 2.000 Euro atau US$ 2.680 (Rp 24.704.240). Namun untuk biaya per keluarganya bisa mencapai £ 5.000 atau US$ 6.519 (Rp 60.092.142).
Elektrifikasi pedesaan dengan menggunakan sistem yang lebih ekonomis itu merupakan pilihan yang baik. Peter Adelmann menyakinkan bahwa dengan menggunakan sistem ini beberapa tahun ke depan orang akan mendapatkan aliran listrik. Ia berharap sampai pada tahun 2020 akan menjadi ratusan juta orang yang menggunakan sistem ini.
Peter Adelmann memiliki pengalaman 30 tahun dalam bidang pasokan desentralisasi listrik. Dia adalah seorang profesor fotovoltaik dari universitas Ulm bidang penerapan ilmu pengetahuan alam dan mendirikan pendidikan elektrifikasi desentralisai di Ulm. (dw.de)
Editor : Sabar Subekti
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...