Situasi Konflik di Palestina Sering Diplintir di Indonesia

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sumanto Al Qurtuby menyebutkan situasi konflik di Palestina sering diplintir di Indonesia. Hal ini dia ungkapkan dalam peluncuran buku karyanya dan seminar 'Dari Konflik Menuju Harmoni: Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia' di Jakarta, Senin (30/7).

"Di Indonesia situasi konflik di Palestina dibaca dalam perspektif yang sangat simpel. Israel itu Kristen dan Palestina itu Muslim. Selalu begitu. Padahal Muslim dan Kristen Palestina itu saling bekerja sama melawan pendudukan Israel. Populasi Kristen di Palestina lebih banyak daripada Israel. Sekitar 10 sampai 15 persen orang Palestina itu Kristen. Karena itu ketika terjadi konflik di Palestina, Muslim dan Kristen di Palestina bersatu melawan Israel. Di Palestina beberapa wali kotanya itu Kristen. Karena populasi umat Kristen cukup signifikan."

Dia menilai Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak memperhatikan pluralitas di Palestina saat mengusung konflik Israel - Palestina. Karena mereka membaca dalam konteks yang sederhana, Yahudi versus Muslim. 

"Padahal Palestina sebagai teritori ditinggali bermacam-macam komunitas. Ada Sunni, Syiah, Kristen, Bahai, bahkan Yahudi Palestina juga ada. Jadi kalau memperjuangkan Palestina, apa juga memperjuangkan umat Islam? Belum tentu? Kalau bantu kedaulatan Palestina itu tidak hanya membantu yang Muslim, tetapi juga Kristen Palestina."

"Jadi kalau mereka betul-betul konsisten ingin membela umat Islam yang belum pernah merdeka mengapa mereka tidak pernah memperjuangkan bangsa Muslim lain yang juga memperjuangkan kemerdekaan. Seperti Kurdi yang merupakan bangsa tanpa negara.  Mengapa hanya Palestina terus yang dibicarakan. Mengapa tidak pernah membela Kurdi? Kenapa tidak pernah membela Darfur yang dijajah Arab Sudan? Berarti ada standar ganda," katanya.