Situasi Mesir Makin Tegang, Dua Orang Tewas dalam Bentrokan
KAIRO, SATUHARAPAN.COM Terjadi bentrokan dalam demonstrasi antara kelompok yang mendukung Presiden Mesir, Mohammad Morsi, dan kelompok yang menentang dan menuntutnya mengundurkan diri. Dilaporkan bahwa setidaknya dua orang tewas dalam bentrok pada hari Jumat (28/6).
Ketegangan telah meningkat di Mesir menjelang protes yang direncanakan oleh kelompok oposisi yang akan diselenggarakan Minggu (30/6) besok. Mereka menyerukan Morsi untuk mundur. Sementara di Kairo, ribuan pendukung Morsi berunjuk rasa di luar masjid utama.
Setidaknya ada dua orang yang disebutkan tewas dalam unjuk rasa di kantor Ikhwanul Muslimin di kota Alexandria. Sementara laporan lain menyebutkan seorang pemuda Amerika tewas ketika akan mengambil foto unjuk rasa tersebut pada hari Jumat (28/6). Para pejabat Mesir mengatakan ia ditikam di dada, tetapi laporan lain mengatakan dia terkena tembakan peluru karet. Korban lainnya adalah seorang pria Mesir yang ditembak mati.
Melihat perkembangan di Mesir, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyebutkan tengah menyelidiki kematian pemuda AS tersebut. Pihak Washington juga memperingatkan warga AS untuk tidak melakukan perjalanan ke Mesir, sebab ada kemungkinan situasinya mendesak staf diplomatik non-darurat harus meninggalkan negara itu.
Menjelang setahun pemerintahan Morsi, situasi di Mesir semakin tegang. Sebelumnya, puluhan orang terluka ketika para demonstran anti-Morsi dan Islam bentrok di kota terbesar kedua di Mesir itu. Kantor Ikhwanul Muslimin disebutkan dibakar. Pihak berwenang dan polisi anti huru-hara mencoba untuk memadamkan kekerasan. Selain itu, ada laporan yang menyebutkan terjadi ledakan di Port Said, Jumat (28/6) dan seorang dilaporkan tewas.
Keamanan di seluruh negeri diperketat, dan di Kairo serta di berbagai daerah tentara dikerahkan untuk berjaga. Lembaga Al-Azhar disebutkan telah mengeluarkan peringatan dan pernyataan tentang meningkatnya kekerasan. "Kita harus waspada jangan sampai masalah ini bergeser ke perang saudara, kata pernyataan itu.
Ribuan pendukung Morsi dari Ikhwanul Muslimin disebutkan berkumpul di luar masjid Rabaa Al-Adawiya, di Kota Nasr. Mereka menyebutkan legitimasi kekuasaan Morsi dan menolak tekanan untuk mengundurkan diri.
Sementara kelompok oposisi berkumpul di Tahrir Square. Mereka memulai aksi duduk di luar gedung. Pada hari Kamis kelompok opoisis ini menolak tawaran Morsi tentang dialog. Dalam sebuah pernyataannya, Front Penyelamatan Nasional mengatakan "tetap bertekad untuk menyerukan pemilihan presiden tahap awal".
"Kami yakin jutaan rakyat Mesir akan keluar untuk mengadakan unjuk rasa damai di jalan-jalan untuk mewujudkan aspirasi mereka dan untuk menempatkan revolusi 25 Januari kembali pada jalurnya," tambah pernyataan itu. Sebelumnya dalam sebuah pidato, Morsi mengatakan bahwa perpecahan mengancam dan bisa melumpuhkan Mesir.
Morsi adalah tokoh yang berasal dari kalangan Ikhwanul Muslimin. Dia menjadi Presiden Mesir pertama dari kelompok ini pada 30 Juni 2012. Tahun pertama pemerintahannya menjadi kacau karena kerusuhan politik dan kemerosotan ekonomi.
Dalam sebuah pernyataan, Morsi membela diri dengan mengakui kesalahan dan menjanjikan reformasi yang segera dilakukan untuk mengatasinya. "Saya benar dalam beberapa hal, dan salah dalam hal lain," katanya.
Dia meminta maaf atas kekurangan bahan bakar yang menyebabkan antrean panjang dan membuat marah banyak orang Mesir, dan juga gagal melibatkan generasi muda. Namun dalam pernyataannya, Morsi juga menyebutkan beberapa nama pejabat, termasuk politisi dan hakim, serta wartawan yang ditudingnya ingin membelokkan situasi ke era pemerintahan sebelumnya. (bbc.co.uk/aljazeera.com/ria.ru)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...