Situasi Ukraina Hambat Laporan Kecelakaan MH17
DEN HAAG, SATUHARAPAN.COM – Keruwetan situasi di Ukraina mengakibatkan tim penyidik melewati tenggat waktu dalam menyerahkan laporan awal mengenai penyebab jatuhnya pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17, ungkap tim Belanda yang memimpin penyelidikan itu pada Rabu (6/8).
Peraturan internasional meminta tim penyidik menyerahkan laporan awal kepada Otoritas Penerbangan Sipil Internasional PBB dalam waktu 30 hari setelah kecelakaan terjadi.
“Kami tidak akan bisa menyelesaikan laporan dalam waktu 30 hari. Apalagi laporan keselamatan awal masih akan memakan waktu cukup lama,” ucap Sara Vernooij, juru bicara Dewan Keselamatan Belanda (OVV), yang memimpin penyelidikan intenasional.
“Laporan tertunda karena situasi Ukraina yang sangat ruwet saat ini,” katanya kepada AFP.
Penyelidikan jatuhnya MH17 berlangsung di tengah kondisi sulit pada Rabu.
“Para penyelidik OVV belum mendatangi lokasi kecelakaan, tapi kami tetap ingin pergi ke sana,” kata rekan Vernooij, Wim van der Weegen.
Vernooij mengatakan tim membutuhkan waktu lebih banyak untuk merampungkan laporan awal. “Laporan mungkin akan memakan waktu hingga beberapa pekan,” dia melanjutkan.
Pencarian Korban MH17 Ditunda
Sementara itu, karena situasi keamanan memburuk pada Rabu itu, tim ahli internasional juga menangguhkan misi pencarian jasad korban di lokasi jatuhnya MH17, kata Perdana Menteri Belanda Mark Rutte.
“Tidak mungkin melanjutkan misi repatriasi dalam situasi seperti ini,” kata pemimpin Belanda tersebut dalam sebuah konferensi pers di Den Haag.
Meningkatnya ketegangan antara Kiev yang memerangi separatis di area tersebut membuat situasi menjadi sangat tidak aman untuk melanjutkan pencarian jasad korban.
“Tanpa perlu dijelaskan lagi, Australia, Malaysia, dan Organization for Security and Cooperation setuju dengan kami mengenai masalah itu,” kata Rutte, “Kami telah melakukan apa yang kami bisa lakukan dalam situasi saat ini.”
Total 298 penumpang dan awak pesawat tewas ketika MH17 yang sedang menempuh perjalanan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur ditembak di wilayah udara Ukraina tiga pekan lalu.
Amerika Serikat mengatakan pemberontak menembak jatuh pesawat tersebut dengan misil dari darat ke udara, yang kemungkinan disuplai dari Rusia. Namun, Moskow dan pemberontak malah menuduh sebaliknya, mengatakan militer Ukraina yang bertanggung jawab atas insiden tersebut. (AFP/Ant)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...