Situs Internet Turki Diserang Hacker Rusia
Buntut Insiden Jatuhnya Jet Tempur Rusia oleh Militer Turki, dan Diberlakukannya Sanksi Ekonomi.
ANKARA, SATUHARAPAN.COM – Konflik antara Rusia dan Turki akibat serangan terhadap jet tempur Rusia oleh militer Turki di sekitar perbatasan dengan Suriah bulan lalu telah berkembang pada konflik di dunia siber (cyber).
Sejumlah situs internet di Turki diserang oleh hacker (peretas) yang diduga dari Rusia dalam empat hari terakhir, terutama dengan menyasar situs pemerintah. Hacker Rusia diklaim sebagai tersangka utama di balik serangan itu, menurut laporan harian Turki, Hurriyet, hari Kamis (17/12).
Rusia mengklaim bahwa jet tempurnya berada di udara Suriah, dan Turki membantah dengan mengatakan jet itu memasuki udara Turki dan sudah mendapat peringatan. Turki tetap menolak meminta maaf atas insiden itu, dan Rusia telah menjatuhkan sanksi ekonomi yang sebagian besar akan dilaksanakan pada Januari mendatang.
Konflik ini tampaknya berkembang dan melibatkan serangan siber. Di antara situs yang diserang sejak 14 Desember adalah milik badan pemerintah dengan ekstensi ‘’tr’’. Situs itu terhenti dan menimbulkan kerugian keuangan pada organisasi bisnis swasta.
Ahli teknologi informasi mengatakan sistem pengamanan domain website dan beroperasi di bawah Pusat Komputer Middle East Technical University (METU) juga menjadi target serangan cyber tersebut. Beberapa jaringan dan server lain juga menjadi sasaran, kata mereka.
Profesional TI Turki dalam merespons larangan akses ke DNS dari luar negeri mengatasinya dengan cara membuka saluran komunikasi bergerak. Sekitar 400.000 situs badan pemerintah dan perusahaan swasta dengan ekstensi "tr" tidak diberi akses luar negeri.
Para ahli mengatakan sangat sulit untuk menanggapi jenis serangan siber itu, dan tidak banyak solusi untukmengatasi masalah ini.
Namun demikian, tidak ada laporan yang dikeluarkan tentang serangan itu, termasuk oleh Pusat Nasional untuk Tanggapan Darurat Komputer (National Computer Emergency Response Center / USOM), tim TI profesional yang terlibat dalam mengatasi serangan cyber nasional. Pihak berwenang juga belum mengeluarkan penjelasan tentang serangan siber pada situs nasional.
Serangan siber itu memang diduga keras dari hacker Rusia, namun sejauh ini masih kurang bukti untuk menunjukkan kebenaran klaim tersebut.
AS Memveto Resolusi PBB Yang Menuntut Gencatan Senjata di Ga...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (20/11) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (Per...