SMK Jadi Pusat Pengembangan dan Distribusi Kemajuan Masyarakat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), akan memprioritaskan perkembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Berbicara tentang perubahan atau kemajuan dalam sebuah masyarakat, maka yang memiliki peranan melakukan penetrasi ke dalam adalah SMK. Kemendikbud ingin mendorong pertumbuhan SMK yang sangat banyak di seluruh Indonesia terlebih lagi Papua.
Demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, saat memberikan sambutan dalam acara Peluncuran Buku Cergam dan Komik Cerita Rakyat dari Sorong Selatan Papua Barat, di kampus Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Selasa (28/4).
Mendikbud menjelaskan, pentingnya mendorong pertumbuhan SMK, dikarenakan SMK tidak saja sekadar menjadi tempat pelatihan dan mendidik anak-anak. SMK ke depan, kata dia, akan dijadikan sebagai pusat pengembangan dan distribusi kemajuan bagi masyarakat setempat. “Bagian pemerintah untuk membantu menyiapkan infrastrukturnya,” katanya.
Mendikbud berpendapat, ketika mendirikan sebuah SMK Pertanian bukan hanya sekadar mendidik anak-anak agar mengerti dan menguasai ilmu di bidang pertanian saja. Tetapi SMK Pertanian tersebut diharapkan dapat menjadi tempat para petani dan pihak-pihak lainnya yang terlibat di bidang pertanian untuk bertukar pikiran, mencari perubahan teknologi, dan lain-lain. “Jadi tempat ini center for change (pusat perubahan, -red), bukan sekadar center for training (pusat pelatihan, -red),” katanya.
Mendikbud mengungkapkan, sebanyak 55 sampai 60 persen siswa di Indonesia yang lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Ke depan, kata dia, proses pembelajaran seluruh mata pelajaran untuk jenjang SMA akan diselesaikan selama 5 semester , dan di awal semester 6 akan dilaksanakan ujian baik ujian nasional maupun ujian sekolah.
Dia mengatakan, diharapkan ke depan dengan pola tersebut, siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya dapat mempersiapkannya dengan baik, dan bagi siswa yang tidak ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya akan dipersiapkan pelatihan khusus oleh negara sesuai minat siswa tersebut.
“Dengan begitu anak-anak kita tidak dipaksa untuk kemudian lulus 6 semester, malah bingung mau melakukan apa sesudah itu," katanya. (kemdiknas.go.id)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...