Solidaritas untuk Palestina dari Ambon
AMBON, SATUHARAPAN.COM – Serangan keji oleh pemerintah Israel terhadap jalur Gaza sudah menuai kritik, kecaman maupun demonstrasi massa hampir di seluruh dunia oleh berbagai kalangan. Misalnya di New York, ribuan orang Yahudi melakukan demonstrasi besar-besaran untuk menentang serangan tersebut, seperti diperlihatkan lewat foto yang diunggah Zaid Ali dari akun twitternya (@Za1d).
Di Indonesia sendiri, relawan-relawan Capres Jokowi-JK menyalakan seribu lilin untuk memperlihatkan keprihatinan mereka terhadap nasib orang-orang Palestina di Gaza yang jadi sasaran serangan Israel. Sementara itu, dikabarkan Capres Prabowo Subianto menyumbang satu miliar rupiah sebagai wujud simpatinya.
Sangat disayangkan, di Indonesia kerap kali konflik Israel-Palestina dilihat sebagai bagian dari “konflik agama”. Tentu saja persepsi ini salah sama sekali. Bahkan beberapa tahun lalu, Dubes Palestina untuk Indonesia, Fariz Mehdawi, pernah mengaku kaget mengapa persepsi seperti itu berkembang dalam masyarakat Indonesia.
“Di Palestina 50% penduduknya beragama Yahudi dan sisanya beragama Kristen dan Muslim yang berada di daerah Tepi Barat dan Yerusalem,” tutur Mehdawi, seperti dilaporkan oleh PedomanNews.com (30/11/2011). “Saya bingung dan heran dengan isu dan teriakan ‘Alahu Akbar’ dari orang-orang terhadap yang terjadi antara Palestina dan Israel padahal mereka tidak tahu apa-apa dan tidak ada peran sama sekali untuk membantu kami, nol besar.”
Syukurlah, banyak pihak menyadari hal itu, sehingga melahirkan kampanye kreatif lintas-agama untuk menyerukan keprihatinan pada perang Israel-Palestina. Hal ini tampak dalam acara “Malam 1000 Lilin untuk Palestina” yang digelar relawan Capres Jokowi-JK di Tugu Proklamasi Jumat (11/7) lalu.
Begitu juga dari Ambon, tokoh-tokoh lintas-agama bersama para seniman dan musisi terkenal, menggelar “Malam Solidaritas Bagi Palestina” Sabtu (12/7) lalu, bertempat di lokasi Gong Perdamaian kota Ambon. Gleen Fredly, Chicco Jerikho dan para pemeran film “Cahaya dari Timur” maupun pemerintah kota Ambon ikut ambil bagian, seperti dilaporkan Pendeta Jacky Manuputty, salah seorang koordinator. Menurut Jacky, sekitar 1000-an orang dari berbagai latar belakang agama datang memadati acara tersebut.
Dalam acara yang digelar sebagai pentas seni, tokoh-tokoh agama, masyarakat dan seniman membacakan “Maklumat Perdamaian” sebagai seruan protes mereka begini:
“Kami telah melihat dengan hati yang perih, bagaimana kemanusiaan dihancurkan secara barbar dalam dua minggu terakhir ini di jalur Gaza, tanah Palestina. Nurani kami serasa dilumat saat erangan anak-anak Palestina yang tak berdosa menjemput ajal sampai ke telinga kami. Ketidak-adilan karena invasi Israel yang keji ke tanah Palestina telah sungguh mengganggu hari-hari hidup kami.
Karena rintihan kemanusiaan yang hancur dari Palestina maka kami berkumpul bersama saat ini. Untuk Palestina, kami bergandeng tangan di tanah Maluku. Tanah yang pernah terbelah akibat konflik barbar yang tak bermartabat. Satu hal telah kami pelajari bahwa pilihan jalan kekerasan akan selalu memperanakan kekerasan baru; dan generasi yang terlahir dari kekerasan akan menanggung sejarah pahit, yang kelak tumpahkan kekelaman di masa depan mereka.
Ribuan mil dari Gaza, kami berkumpul disini. Dari Timur Indonesia, kami mengangkat suara solidaritas bagi Palestina, dan menyerukan: Sampe jua! Bebaskan Palestina! Hentikan pembantaian rakyat Palestina! Tarik invasi Israel dari tanah Palestina! Kembalikan kekerasan ke jalan dialog yang bermartabat! Berikan kemerdekaan bagi Palestina!
Kami ingin mendengar rintihan kematian di tanah Palestina, berganti dengan lagu-lagu cinta yang dinyanyikan anak-anak Israel dan anak-anak Palestina. Kami ingin melihat para ibu di Palestina dan para ibu di Israel menimang bersama bayi mereka dengan damai, sambil bercerita tentang sekolah anak-anak mereka, mainan dan makanan kesukaan anak-anak mereka, serta masa depan yang penuh pengharapan bagi anak-anak mereka. Kami ingin menyaksikan tokoh-tokoh agama Yahudi, Islam dan Kristen berdoa bersama di situs-situs suci agama-agama Abrahamic, sambil tebarkan pesan-pesan damai ke seluruh dunia. Kami ingin melihat, suatu ketika, para pemimpin Palestina dan Israel berjalan bergandengan sebagai sahabat, sambil menikmati indahnya rumpun pohon zaitun yang rimbun dan teduh.
Ribuan mil dari Gaza, di tanah Maluku, tanah orang basudara, kami menyatakan solidaritas kami bagi Palestina. Dengan untaian tasbih di tangan, dan salib kecil yang tergantung di dada, kami melafaskan doa kepada Allah yang kuasa, "Bebaskanlah Palestina, karuniakanlah perdamaian bagi Palestina."
Dari ujung Timur Indonesia, dari Kota Ambon Manisee, kami mengirimkan Cahaya Dari Timur, cahaya damai yang menyinari Palestina.”
(Berdasarkan laporan Pendeta Jacky Manuputty)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...