Sophie Akui Perkembangan Catur di Prancis Cepat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Salah satu pecatur putri Prancis Sophie Milliet menyebut perkembangan catur di Prancis cepat dan pesat. Walau catur menurut dia kurang populer di Prancis namun beberapa sekolah dan institusi pendidikan mulai mensosialisasikan catur.
“Sekarang catur semakin berkembang di sekolah-sekolah di Prancis, dan banyak sekolah yang membuat catur menjadi sebuah pilihan dalam pelajaran tambahan di beberapa sekolah,” kata Sophie kepada satuharapan.com seusai pertandingan menghadapi pecatur putra Vietnam Nguyen Anh Dung pada babak keempat Japfa Chess Tournament 2015 di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Jumat (17/4). Sophie saat ini untuk sementara ada di urutan ke-11 dari 12 pecatur yang berpartisipasi di Japfa Chess Tournament 2015.
Sophie menceritakan dia mulai menekuni catur mulai usia empat tahun, pada usia tujuh dia mulai ikut dalam turnamen. Sejak usia di bawah sepuluh tahun menurut dia membuat dirinya semakin terlatih dalam bermain catur. Sophie Milliet adalah salah satu pecatur putri ternama Prancis, selain Marie Sebag. Sophie memenangkan empat kali kejuaraan nasional Prancis pada 2003, 2008, 2009 dan 2011. Menurut fide.com, elo rating Sophie saat ini 2377, Sophie mendapat gelar Woman Grand Master pada 2004 (gelar tertinggi catur pada pecatur putri), dan dia melanjutkan suksesnya dengan mengenggam International Master pada 2009.
Selain olahraga catur, Sophie menggemari sepakbola, namun tidak sebagai olahraga utama. “Saya suka tim favorit saya OM (Olympique Marseille), mereka selalu menyulitkan PSG (Paris Saint Germain), walau saya punya tim favorit bukan berarti saya mengesampingkan catur, ini tetap olahraga favorit saya,” kata Sophie.
Situs Kementerian Pendidikan Nasional Pengajaran dan Riset Prancis menyebut catur merupakan sarana sebagai bagian dari Rencana Sains dan Teknologi di sekolah – yang diluncurkan pada bulan Januari 2011 – dalam instruksi kementerian tersebut pengajar di sekolah didorong untuk mengembangkan dalam penggunaan kelas permainan tradisional termasuk catur. Pemerintah Prancis menegaskan permainan atau olahraga lainnya bertujuan meningkatkan interaksi guru dengan siswa, dan dengan adanya interaksi tersebut akan tercipta saling menguatkan logika, strategi, dan disiplin antara pengajar dan murid.
Walau Kalah, Sophie Tetap Percaya Diri
Sophie mengaku dia bertarung secara seimbang walau dia kalah di babak keempat Turnamen Japfa Chess Tournament 2015 saat menghadapi Nguyen Anh Dung asal Vietnam.
“Sebenarnya saya bermain tidak terlalu buruk, saya bertahan dengan baik, tetapi menurut saya pertarungan (dengan Anh Dung) berjalan seimbang,” kata Sophie.
Sophie tumbang atas Nguyen pada langkah ke-37 pada laga berdurasi 3 jam 30 menit tersebut. Sophie yang memegang bidak hitam tidak mampu mengatasi posisi raja yang terjepit oleh benteng milik Nguyen Anh Dung, hal itu terjadi sejak langkah ke-34 dan ke-35.
Saat kalah Sophie menyisakan benteng, tiga pion, dan raja, sementara Nguyen memiliki satu ster, tiga pion, dan raja.
Pada babak pertama, pecatur dengan elo rating FIDE (Federasi Catur Dunia) 2377 ini bermain remis dengan pecatur Indonesia, Farid Firmansyah. Selanjutnya pada babak kedua Sophie kembali bermain remis dengan andalan Indonesia lainnya, Irene Kharisma Sukandar, dan di babak ketiga lagi-lagi pecatur kelahiran Montpellier, Prancis ini bermain remis dengan Tirta Chandra Purnama dari Indonesia.
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...