Sorgum, Berpotensi Jadi Pangan Premium
SATUHARAPAN.COM – Sorgum adalah sejenis biji-bijian yang termasuk ke dalam keluarga rumput. Cocok ditanam di lingkungan yang kering dan panas, sorgum, menurut Wikipedia, adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan (serealia, sirup), pakan ternak, dan bahan baku industri (alkohol, biofuel). Sebagai bahan pangan, sorgum ini berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai.
Sorgum dalam bahasa Jawa sering disebut cantel, termasuk jenis tanaman multimanfaat, mulai dari biji yang dinilai bisa menjadi pengganti nasi, hingga daunnya yang disenangi ternak. Jenis tanaman ini masih satu keluarga dengan padi, gandum, serta jagung.
Biji sorgum juga dapat diolah menjadi makanan pokok layaknya nasi. Dapat juga dibuat menjadi bubur, kue, roti, dan makanan lain sesuai kreativitas masing-masing pengolahnya. Cara memasak sorgum bisa seperti memasak nasi biasa, tapi karena teksturnya lebih keras, perlu menggunakan air lebih banyak dua kali lipat daripada ketika memasak nasi. Enak juga menyantap masakan biji sorgum ini dipadu gula merah dan garam secukupnya.
Biji-bijian ini juga dapat diolah dengan mengeringkan dan menggilingnya jadi tepung. Sayang, kandungan gluten yang rendah justru membuat tepung sorgum sulit dipasarkan. Tepung tanpa gluten tidak bisa diolah menjadi roti yang empuk.
Biji sorgum kaya akan nutrisi. Sorgum juga kaya kandungan niasin, thiamin, vitamin B6, juga zat besi, dan mangan. Bahkan, kandungan protein, vitamin, dan mineralnya lebih tinggi daripada beras. Secara keseluruhan, nutrisi sorgum mirip dengan nutrisi havermut.
Dr Mamoudou H Dicko dan kawan-kawan dari Food Enzymology and Biotechnology, Universitas Ouaga, Burkina Faso, Afrika Barat, dalam penelitian berjudul “Phenolic Compounds and Related Enzymes as Determinants of Sorghum for Food Use” (tahun 2006), tanaman sorgum termasuk tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi tinggi, meliputi karbohidrat, lemak, kalsium, besi, dan fosfor.
Sorgum, mengutip dari digilib.unila.ac.id, berpeluang untuk dikembangkan menjadi pangan premium karena memiliki keunggulan kandungan gluten yang sangat rendah (gluten free food) dan indeks glikemik yang juga rendah (low glycemic index).
Biji sorgummenghasilkan karbohidrat yang dapat diolah menjadi bahan pangan, sedangkan nira yang berasal dari air perasan batang dan juga pati biji dapat dikonversi menjadi bioetanol melalui proses fermentasi .
Pemerian Botani Sorgum
Bunga sorgum, mengutip dari digilib.unila.ac.id, tersusun dalam bentuk malai dengan banyak bunga pada setiap malai sekitar 1500 – 4000 bunga. Bunga sorgum akan mekar teratur dari 7 cabang malai paling atas ke bawah. Malai sorgum memiliki tangkai yang tegak atau melengkung, berukuran panjang atau pendek dan berbentuk kompak sampai terbuka.
Tanaman sorgum merupakan tanaman menyerbuk sendiri dengan peluang menyerbuk silang sekitar 6 persen.
Biji sorgum berbentuk bulat, dengan ukuran 4-8 mm. Di antara kulit (pericarp) dan endosperm dilapisi oleh lapisan testa dan aleuron. Lapisan testa termasuk pada bagian perikarp dan lapisan aleuron termasuk pada bagian dari endosperm.
Warna biji sorgum sangat bervariasi mulai dari putih, kuning, merah, cokelat dan ungu. Warna biji dipengaruhi oleh warna dan ketebalan kulit (pericarp), terdapatnya testa serta tekstur dan warna endosperm .
Tanaman sorgum, mempunyai batang yang merupakan rangkaian berseri dari ruas (internodes) dan buku (nodes). Bentuk batangnya silinder, tinggi batang tanaman sorgum bervariasi yaitu antara 0,5–4,0 m bergantung pada varietas.
Tinggi batang sorgum manis yang dikembangkan di China dapat mencapai 5 m, dan struktur tanaman yang tinggi sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan penghasil gula (FAO, 2005). Pada beberapa varietas sorgum, batangnya dapat menghasilkan tunas baru membentuk percabangan atau anakan dan dapat tumbuh menjadi individu baru selain batang utama.
Daun sorgum bentuknya mirip daun jagung, tetapi daun sorgum dilapisi oleh sejenis lilin yang agak tebal, dan berwarna putih. Lapisan lilin ini berfungsi untuk mengurangi atau menahan penguapan air dari dalam tubuh tanaman sorgum sehingga resistensi atau tahan terhadap kekeringan. Ukuran daun meningkat dari bawah (pertama ketika mulai tumbuh) ke atas umumnya sampai daun ketiga atau keempat kemudian menurun sampai daun bendera .
Seperti akar tanaman jagung, tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut. Pada ruas batang terendah di atas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar tersebut dinamakan akar adventif.
Sebagai tanaman yang termasuk kelas monokotiledone, sorgum mempunyai sistem perakaran serabut. Toleransi sorgum terhadap kekeringan disebabkan karena pada endodermis akar sorgum terdapat endapan silica, yang berfungsi mencegah kerusakan akar pada kondisi kekeringan. Sorgum juga efisen dalam penggunaan air karena didukung oleh sistem perakaran sorgum yang halus dan letaknya agak dalam, sehingga mampu menyerap air cukup intensif .
Menurut Wikipedia, cantel atau gandrung , memiliki nama ilmiah Sorghum bicolor. Sorgum mengutip dari ipb.ac.id, memiliki nama beragam, yaitu sorghum di Amerika Serikat dan Australia, durra di Afrika, jowar di India, bachanta di Ethiopia.
Di Indonesia, mengutip dari unand.ac.id, biji sorgum dikenal dengan berbagai nama daerah, antara lain yaitu jagung pari, cantel, gandum, oncer, jagomutri (Jawa), jagung cetrik, gandrung, gandrum, degem, kumpay (Sunda), wataru, hamu, garai, gandum (Minangkabau), battari (Melayu), batar (Makasar), jaba bendil, jaba bengkok (Batak), jagung rote, jawaras, gandum, gendum (Melayu), jhaghung bulir, oncèr (Madura), batara tojeng (Makasar), bata (Bugis), sela (Flores), dela (Solor), pela dae, pela hik (Rote), terae hawu (Sawu), wataru hamu (Sumba).
Tanaman sorgum setidaknya memiliki 30 spesies, namun yang sangat umum dibudidayakan meliputi tiga spesies, yaitu Sorghum helepense (L.) Pers., Sorghum propinquum (Kunth) Hitchc., dan Sorghum bicolor (L.) Moench.
Dari ketiga spesies tersebut yang sangat populer dan menjadi tanaman komersial di dunia adalah Sorghum bicolor (L.) Moench. Penyebaran spesies ini meliputi seluruh dunia yang dikembangkan sebagai tanaman pangan, pakan ternak, dan bahan baku berbagai industri.
Sorgum, mengutip dari ipb.ac.id, termasuk tanaman serealia penting di dunia yang ditunjukkan oleh luas areal tanam, produksi dan kegunaannya yang menduduki peringkat kelima setelah gandum, padi, jagung, dan barley . Di negara yang beriklim panas, seperti beberapa negara Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Tengah, sorgum dijadikan bahan pangan utama.
Sebagai sumber pangan di wilayah Afrika, sorgum dikonsumsi lebih dari 300 juta penduduknya dan umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan tepung atau pasta. Produk olahan sorgum di antaranya adalah roti, bubur, bahan minuman termasuk sirup dan bir, serta gula atau jiggery.
Sorgum, mengutip dari unand.ac.id, merupakan salah satu tanaman pangan yang potensial dikembangkan di Indonesia. Sorgum dapat digunakan sebagai pangan, pakan, dan bioenergi (bioetanol).
Mampu beradaptasi pada lahan marginal dan membutuhkan air relatif lebih sedikit, karena lebih toleran terhadap kekeringan dibanding tanaman pangan lain. Melihat sifat itu, tanaman sorgum sangat memungkinkan dibudidayakan di Indonesia terutama di bagian timur. Di beberapa bagian timur Indonesia tanaman sorgum telah dijadikan sebagai makanan pokok.
Di negara-negara berkembang, sorgum dibudidayakan terutama sebagai bahan pangan dan minuman beralkohol atau bahan upacara adat. Minuman beralkohol yang dibuat dari biji sorgum dapat berupa bir berasal dari biji yang difermentasi setelah dikecambahkan.
Di negara-negara maju, batang atau biji sorgum digunakan sebagai pakan, media jamur merang. Menurut R Yulita dan Risda dari Direktorat Budidaya Serelia dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Sorgum di Indonesia (Penerbit Ditjen Tanaman Pangan, Jakarta, tahun 2006), khusus sorgum manis, batangnya digunakan sebagai bahan untuk gula dan kertas .
Di antara spesies-spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor. Sorgum dibudidayakan di banyak negara dan sekitar 80 persen areal pertanaman berada di wilayah Afrika dan Asia. Produsen sorgum dunia didominasi oleh AS, India, Nigeria, China, Meksiko, Sudan, dan Argentina.
Sorgum bukan hanya sebagai bahan pakan dan pangan, tetapi juga bisa dijadikan sebagai sumber energi alternatif yang terbarukan karena kandungan gula sorgum yang tinggi terutama pada sorgum manis. Di Amerika Serikat sorgum manis sebagai penghasil bioetanol, di antaranya diteliti dan dikembangkan oleh Universitas Oklahoma melalui Food and Agriculture Products Center Oklahoma State University. Selain itu India dan Philipina juga sedang mengembangkan industri bioetanol berbasis sorgum manis.
Manfaat Herbal Sorgum
Sorgum, mengutip dari unila.ac.id, merupakan salah satu tanaman serealia yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Biji sorgum mengandung gizi yang tidak lebih rendah dari kandungan tanaman serealia lain.
Sorgum, mengutip dari researchgate.net, adalah sereal yang paling banyak diproduksi kelima di dunia dan merupakan sumber nutrisi dan senyawa bioaktif untuk makanan manusia. Sorgum pada dasarnya terdiri atas pati, yang lebih lambat dicerna daripada sereal lain, memiliki protein yang mudah dicerna dan lemak tak jenuh, dan merupakan sumber dari beberapa mineral dan vitamin.
Sebagian besar varietas sorgum kaya akan senyawa fenolik, terutama 3-deoksiantosianidin dan tanin. Hasil yang diperoleh secara in vitro dan pada hewan telah menunjukkan bahwa senyawa fenolat dan senyawa larut lemak (polycosanol), yang diisolasi dari sorgum bermanfaat bagi mikrobiota usus dan parameter yang terkait dengan obesitas, stres oksidatif, peradangan, diabetes, dislipidemia, kanker, dan hipertensi.
Yuszdak K Salimi dari Sekolah PascaSarjana Institut Pertanian Bogor, meneliti peranan ekstrak dan tepung sorgum (Sorghum bicolor L.) dalam penghambatan kanker secara in vitro dan in vivo pada mencit balb/c.
Sorgum merupakan salah satu serealia sebagai sumber karbohidrat dan serat pangan yang juga mengandung sejumlah senyawa fitokimia seperti tanin, asam fenolik, antosianin, dan fitosterol. Senyawa fitokimia yang terkandung dalam sorgum mempunyai aktivitas antioksidan.
Pada penelitian selanjutnya menguji potensi ekstrak sorgum utuh (S0) dan sorgum sosoh (S50) terhadap proliferasi sel limfosit limfa (splenosit) tikus, dan berbagai alur sel kanker secara in vitro. Ekstrak heksana, etil asetat, dan etanol S0 dan S50 menunjukkan peningkatan proliferasi sel limfosit tikus yang mengindikasikan kemampuan sorgum dalam meningkatkan fungsi sel limfosit, yang juga berarti peningkatan respons imun.
Penghambatan ketiga ekstrak sorgum terhadap proliferasi sel kanker kolon HCT 116, sel kanker paru-paru A549, sel kanker servik HeLa, dan sel kanker limfoma Raji umumnya menunjukkan hasil positif. Serat betaglukan yang terkandung dalam sorgum diduga mampu memodulasi mikrobiota penghasil butirat sehingga menghambat karsinogenesis kanker kolon.
Tim peneliti dari Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), meneliti pengembangan pangan fungsional berbasis polisakarida dari sorgum (Sorghum bicolor L.) untuk anti kolesterol. Penelitian ini dilakukan untuk menggali potensi tepung sorgum sebagai sumber serat pangan, (terlarut/soluble dietary fibre/SDF, dan tidak terlarut /insoluble dietary fibre/IDF) dalam kerangka pengembangan pangan fungsional berbasis polisakarida untuk antikolesterol.
Dari hasil pengujian, diperoleh referensi nilai saji produk serat pangan yang sesuai dengan kemampuannya mengikat kolesterol darah dari serat pangan sorgum.
LIPI, bekerja sama dengan Universitas Kyoto Jepang, membentuk SATREPS (Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development), melaksanakan penelitian untuk mengembangkan tanaman sorgum menjadi energi alternatif biomassa bisa menggantikan minyak bumi. Sorgum dipilih untuk dikembangkan menjadi energi biomassa karena tanaman ini mampu tumbuh di lahan kering marjinal.
“Salah satunya dan yang paling mungkin adalah menggunakan atau menanam tanaman sorgum karena sorgum dapat tumbuh cepat, tahan terhadap kekeringan, dan dapat tumbuh di lahan kritis. Sorgum juga dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti pangan, kesehatan, partikel bahan bangunan, dan menjadi biopelet energi biomasa yang energinya sangat tinggi karena memiliki linen 20 persen hingga 30 persen,” kata I Made Sudiana, Peneliti Utama Pusat Biologi LIPI,
pada konferensi pers Equipment Handover Ceremony di Laboratorium Treub, Kebun Raya LIPI, Bogor, 21 Maret 2018, yang dikutip dari greeners.co.
Menurut Arief Noor, peneliti nutrisi tanaman LIPI, pemanfaatan sorgum untuk biomassa hanya diambil pada batang sorgum yang diperas mirip seperti tebu, lalu niranya diambil. Sorgum di NTT dibuat bioetanol, menggunakan sorgum yang dijadikan alkohol dan distribusikan ke apotek-apotek. Setelah itu ampas dari perasan itu bisa dijadikan biomaterial.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...