SR XVI PGI: Pemberdayaan Ekonomi Jemaat Tak Lagi Bicara Teori
• Pemberdayaan ekonomi jemaat adalah semua upaya dalam rangka mengembangkan ekonomi warga gereja (jemaat).
• Pemberdayaan ekonomi jemaat dimaksudkan agar dengan inisiatif bersama, maka upaya-upaya untuk mengembangkan ekonomi warga (secara pribadi maupun keluarga) di jemaat bisa bergulir.
• Pemberdayaan ekonomi jemaat merupakan bagian dari pelayanan diakonia gereja.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemberdayaan Ekonomi Jemaat dan Pengentasan Kemiskinan pada Sidang Raya XVI Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (SR XVI PGI) tidak lagi akan membahas teori Alkitabiah atau rohani untuk mencari solusi permasalahan kemiskinan.
Hal ini dikemukakan Vesto Proklamanto Magany, Sekretaris Umum Pelayanan Komunikasi Masyarakat Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (Sekum Yakoma PGI) kepada satuharapan.com, Jumat (17/10) di Kantor Sementara PGI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Panitia Sidang Raya XVI Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (SR XVI PGI) berharap banyak wakil-wakil sinode berani saling bertukar kisah sukses pemberdayaan ekonomi di gerejanya masing-masing.
“Kita harap nanti akan banyak bertukar pengalaman success story, karena kita yakin mereka punya banyak kegiatan yang berhubungan dengan pemberdayaan ekonomi jemaat,” kata Vesto.
Vesto menambahkan nantinya dari berbagi kisah sukses maka dari diskusi Pemberdayaan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan akan lahir road map atau strategi baru yang akan menjadi acuan PGI dalam pengentasan kemiskinan.
“Nantinya kita harap kegiatan tidak terus menerus teori, karena masing-masing sinode akan menceritakan kesuksesannya, misalnya GKI punya cerita apa, GKJ punya kisah apa tentang jemaatnya yang sukses,” Vesto menambahkan.
Tema Pemberdayaan Ekonomi Jemaat dan Pengentasan Kemiskinan adalah salah satu dari tema yang diusung dalam pokok-pokok diskusi di Aro Gosali (diskusi) dalam Sidang Raya (SR) PGI XVI yang akan diselenggarakan mulai dari Selasa (11/11) hingga Senin (17/11) di Gunung Sitoli, Pulau Nias, Sumatera Utara. Selain itu masih ada tema Bencana Ekologis, Kepemimpinan Gerejawi, Gereja Pasca-Pemilu Legislatif-Presiden, Pendidikan, dan Radikalisme.
Gereja menganggap pemberdayaan ekonomi dan pengentasan kemiskinan penting karena sebagai salah satu misi keesaan gereja untuk mengingatkan kepada pemerintah bahwa kemiskinan masih ada dan harus dientaskan sesegera mungkin.
Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPH-PGI) melihat pada 2014 bahwa jemaat perlu memiliki kesadaran kepada beberapa hal penting yakni kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme, dan krisis ekologis.
Pemberdayaan ekonomi jemaat (PEJ) adalah semua upaya dalam rangka mengembangkan ekonomi warga gereja (jemaat). Berbeda dengan bendahara majelis dan bagian rumah tangga gereja yang mengurus harta benda inventaris maupun dana operasional kegiatan pelayanan gereja yang berasal dari persembahan warga. PEJ dimaksudkan agar dengan inisiatif bersama, maka upaya-upaya untuk mengembangkan ekonomi warga (secara pribadi maupun keluarga) di jemaat bisa bergulir.
PEJ merupakan bagian dari pelayanan diakonia gereja. Diakonia dalam tradisi Gereja yang sempit diwujudkan dalam kegiatan menyantuni orang miskin, telantar, dan sakit. Diakonia dalam makna yang lebih luas adalah melayani supaya orang hidup, dalam segala kepenuhannya.
Maka mengupayakan lapangan kerja bagi yang kena PHK atau tidak bekerja, mengupayakan keterampilan dan keahlian untuk modal bekerja, menghubungkan dengan pihak-pihak yang membutuhkan tenaga kerja, mengupayakan tumbuhnya usaha rumah tangga untuk mendapatkan tambahan penghasilan dan kegiatan yang produktif, dan mendukung semua upaya mengembangkan ekonomi dengan semangat kasih yang sedia berbagi, hidup bersahaja, dan mempunyai prioritas.
Editor : Bayu Probo
Jaktim Luncurkan Sekolah Online Lansia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur meluncurkan Sekolah Lansia Onl...