Staf Kedubes Tiongkok Terluka Akibat Bom di Somalia
MOGADISHU, SATUHARAPAN.COM – Kedutaan Besar Tiongkok di Somalia, yang kantornya berada di menyerang Jazera hotel, mengatakan beberapa staf kedutaan cedera dan menerima pengobatan, tetapi tidak memberikan jumlah yang tepat .
Seperti diberitakan xinhuanet.com, Senin (27/7) peristiwa ledakan bom di Jazeera Hotel, Mogadishu, Somalia yang terjadi Minggu (26/7) tersebut mengakibatkan beberapa kamar rusak.
Polisi Mogadishu Abdulle Mohamed mengatakan bahwa pembom bunuh diri meledakkan mobilnya di gerbang hotel, menewaskan 15 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Hotel tersebut terletak di dekat bandara internasional Mogadishu, hotel dengan enam lantai tersebut merupakan sebuah hotel mewah di ibukota Somalia, yang menjadi tempat tinggal beberapa pejabat kedutaan asing dan kadang-kadang host pertemuan tingkat tinggi pemerintah.
Kelompok militan Al-Shabaab yang berbasis di Somalia mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, dan mengatakan itu adalah pembalasan atas operasi baru-baru ini di Dinsoor dan Bardhere wilayah Somalia selatan oleh Uni Afrika dan pasukan Somalia.
Serangan terjadi setelah pembunuhan seorang anggota parlemen Somalia di Mogadishu, pada Sabtu (25/7).
Beberapa Aksi Keji Al-Shabaab
Pada awal Juli, 11 orang terbunuh dan beberapa lainnya terluka dalam serangan senjata dekat kamp militer di perbatasan Kenya dengan Somalia. Korban tewas diyakini adalah para pekerja pertambangan di wilayah Mandera.
Penduduk setempat mengatakan mereka mendengar dua ledakan, diikuti baku tembak. Pejabat polisi wilayah Mandera Alex Ole Nkoyo mengatakan serangan itu berlangsung ketika warga sedang tidur, dia meyakini Al-Shabab bertanggung jawab terkait dengan serangan tersebut.
“Ini tampak seperti tindakan al-Shabab, dilihat dari jenis serangan. Mereka menggunakan bahan peledak dan persenjataan,” kata Alex.
Palang Merah Kenya mengatakan akan mengirim pesawat udara ke lokasi untuk membawa korban luka-luka ke rumah sakit di Nairobi, Kenya.
Serangan terburuk sejauh ini terjadi di sebuah perguruan tinggi di kota Garissa di Kenya pada April 2015, ketika empat penembak membunuh 148 orang.
Pada Desember 2014, seorang tentara Somalia membalas pembunuhan istrinya dengan menembak mati lima perempuan yang berhubungan dengan militan Islam Al Shabab.
Seorang pejabat mengatakan tentara tersebut menduga bahwa perempuan itu bekerjasama dengan Al-Shabaab yang mengangkat senjata untuk mendirikan negara Islam di Somalia.
Mohamed Abdalla Hassan, seorang pejabat pemerintah di Tiyeglow mengatakn, militan bersenjata al-Shabab menembak mati dua tentara perempuan dalam serangan cepat Selasa malam.
Keesokan harinya, Rabu (10/12), pasukan pemerintah menangkap lima perempuan yang dicurigai membantu al-Shabab mengidentifikasi target mereka, katanya.
Hassan menambahkan ketika mereka sedang dibawa ke kantor polisi, seorang tentara menghadang dan menembak mati mereka. (bbc.com/AFP/xinhuanet.com)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...