Stasiun Tanjong Pagar Singapura Tetap Beroperasi Saat Waisak
TANJONG PAGAR, SATUHARAPAN.COM – Sebuah lokasi yang dahulu sempat menjadi stasiun di sebuah distrik di Singapura, Tanjong Pagar yakni Stasiun Tanjong Pagar akan dibuka untuk publik pada perayaan Waisak yang hari liburnya di Singapura akan diperingati Senin (1/6) dan Selasa (2/6) mendatang.
Informasi tentang dibukanya Stasiun Tanjong Pagar kepada publik telah diumumkan Singapore Land Authority kepada sejumlah media di Singapura bahwa publik dapat mengunjungi situs bersejarah tersebut.
“Kami menyambut masyarakat untuk mengambil gambar diri (selfie) di bekas meja penarikan tiket yang ada di stasiun. Gambar-gambar dapat ditampilkan pada pembukaan berikutnya,” kata siaran resmi dari SLA tersebut, Jumat (29/5).
Pembukaan Tempat Wisata bersejarah selama liburan sebuah program yang dimulai Februari 2015 telah meningkatkan jumlah angka pariwisata mulai dari 12.530 pengunjung, Menurut catatan SLA, kunjungan wisatawan mencapai rekor 7.200.
Menurut Wikipedia.org, Tanjong Pagar mencerminkan asal-usulnya sebagai perkampungan nelayan yang terletak di bekas tanjung. Adalah diduga bahwa nama ini diilhami dari kehadiran kelong sepanjang pesisir pantai dari kampung Tanjong Malang hingga tempat yang kini bernama Tanjong Pagar. Mungkin juga nama ini diubah dari nama aslinya Tanjong Passar, jalan yang terbentang dari South Bridge Road ke perkampungan nelayan itu dan terdapat dalam Map of the Town oleh George Drumgoole Coleman pada tahun 1836.
Menurut kalender2015.blogspot.com, Hari Raya Waisak merupakan salah satu Hari Suci Agama Buddha. 'Hari Waisak' dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia, dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka.
Waisak dirayakan saat waktu terang bulan (purnama sidhi) guna memperingati tiga peristiwa penting, antara lain lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 sebelum masehi (S.M.), kemudian Waisak merupakan Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodhgaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 S.M, dan yang ketiga merupakan peringatan wafatnya Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 S.M
Keputusan merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists - WFB) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950. Perayaan ini dilakukan pada purnama pertama di bulan Mei. (wordpress.com/Wikipedia.org/channelnewsasia.com).
Editor : Eben Ezer Siadari
Kesamaan Persepsi Guru dan Orangtua dapat Cegah Kekerasan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Co-founder Sehat Jiwa Nur Ihsanti Amalia mengatakan, kesamaan persepsi an...