Sudah Jatuh Garuda Tertimpa Tangga
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sudah jatuh tertimpa tangga, sebuah peribahasa yang dirasa tepat menggambarkan suasana sepak bola Indonesia saat ini. Sudah kena sanksi induk sepak bola dunia FIFA (Federation Internationale de Football Association), Tim Nasional Indonesia U-23 (di bawah usia 23 tahun) kini kalah di laga pembuka Sea Games 2015 dari Myanmar dengan skor 4-2.
Hasil ini menjadi catatan terburuk Indonesia dalam laga pembuka cabang sepak bola di empat perhelatan Sea Games terakhir. Pada tahun 2009, Indonesia bermain imbang 2-2 dengan Singapura, kemudian di tahun 2011 Indonesia berhasil menggulung Kamboja 6-0, sedangkan pada tahun 2013, Indonesia sukses menaklukkan Kamboja 0-1.
Di tengah awan mendung yang tengah menyelimuti persepakbolaan Tanah Air, hasil ini bak petir yang menyambar dan memberi peringatan keras bagi seluruh elemen sepak bola Indonesia, saat ini bukan waktunya lagi untuk saling menuduh ‘biang kerok’ atas buruknya torehan tim Indonesia yang kian jelas menuju kebinasaan prestasi.
Melainkan, hasil ini harus direnungkan. Karena fakta mengatakan, kelas sepak bola di bawah usia 23 tahun kawasan Asia Tenggara telah terbang melayang jauh meninggalkan Indonesia. Masa negeri berpenduduk 250 juta jiwa ini mau sibuk mengurus rumah tangga yang aroma dapurnya sarat kepentingan politis saja?
Ayo Sadar
Perlu disadari, mewujudkan tim sepak bola yang mumpuni tidak seperti membuat mi instan, dimasukan ke dalam air mendidih, kemudian ditunggu beberapa menit langsung bisa disantap untuk menghilangkan rasa lapar. Merealisasikan mimpi memiliki tim sepak bola yang bisa menghilangkan rasa lapar Indonesia akan gelar butuh keseriusan, dengan terus menggalakkan pembinaan.
Legenda sepak bola Brasil Edson Arantes do Nascimento atau yang lebih dikenal Pele pernah mengatakan success is no accident, it is hard work, perseverance, learning, studying, sacrifice, and most of all, love what you are doing.
Bila diterjemahkan dalam cuaca sepak bola Tanah Air yang tengah mendung, keberhasilan membentuk tim sepak bola tidak lahir kebetulan, dibutuhkan kerja keras, ketekunan, rasa ingin belajar, pengorbanan, dan lebih dari itu semua, mencintai apa yang dilakukan. Tapi, bukan berarti membiarkan mereka mencintai sepak bola karena ini ‘lahan basah’ yang bisa mendatangkan pundi-pundi kekayaan.
Berjuang
Perjalanan Tim Nasional U-23 di Sea Games 2015 memang baru dimulai Selasa (2/6) malam, dan masih menyisakan laga menghadapi Singapura, Filipina, dan Kamboja. Kekalahan 4-2 dari Myanmar di laga pembuka ini juga tidak lantas membeli tiket perjalanan pulang bagi tim besutan Aji Santoso.
Publik sepak bola Tanah Air masih menggantungkan harapan Indonesia bisa menorehkan prestasi di ajang dua tahunan ini. Banyak bukti, kalah di laga pembuka, justru keluar sebagai juara di akhir turnamen. Contohnya Spanyol di Piala Dunia 2010, kalah 0-1 dari Swiss, tim berjuluk Matador itu justru keluar sebagai juara di penghujung turnamen.
Mungkin Spanyol dan Piala Dunia terlalu jauh, bukti paling dekat adalah Malaysia di Piala AFF 2010. Dibungkam Indonesia 5-1 di laga pembuka, justru tim berjuluk Harimau Malaya itu keluar sebagai juara setelah mengalahkan Indonesia di partai puncak.
Hal terpenting saat ini, pelatih Aji Santoso bisa memperbaiki mental skuat Garuda Muda akibat kekalahan 4-2 dari Myanmar, dan segera melakukan evaluasi atas kesalahan-kesalahan yang merusak irama permainan tim, agar tidak terulang pada laga selanjutnya. Skuat Garuda Muda juga harus sebisa mungkin tampil tanpa beban, beban pembuktian diri bahwa sepak bola Indonesia bisa berprestasi meskipun tengah mendapatkan sanksi FIFA.
Karena sejatinya, sepak bola harus dimainkan tanpa beban agar bisa menghadirkan hiburan bagi pasangan-pasangan mata yang menyaksikannya. Ketika kekalahan diderita tim kebanggan, para pendukung yakin bahwa tim kebanggaannya telah memberi kemampuan terbaik, bukan menaruh curiga ada pihak ketiga yang bersembunyi di balik layar.
Tulisan ini adalah opini pribadi wartawan satuharapan.com, Martahan Lumban Gaol (Twitter @tahanlumbangaol).
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...