Sudirman Said Klarifikasi Pernyataan Rizal Ramli Soal Storage
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, mengklarifikasi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman,Rizal Ramli, mengenai pembangunan storage minyak yang bukan prioritas PT. Pertamina (Persero).
Menurut Menteri ESDM, mengenai storage sebetulnya yang terjadi dalam rapat terbatas kabinet, Pertamina melaporkan bagaimana mengelola stok baik stok operasional maupun cadangan ke depan.
“Antara lain itu dipaparkan rencana mereka (Pertamina),” kata Sudirman Said dalam konferensi pers di kantor Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Jakarta, pada hari Kamis (10/9).
“Yang terjadi itu bukan Pak Menko Kemaritiminan melarang atau membatalkan projek, tapi memberi pendapat sebaiknya storage itu diberikan kepada swasta juga. Dan memang sudah dalam rencana Pertamina,” kata Menteri ESDM mengklarifikasi.
Sudirman Said mengatakan, Pertamina itu sudah punya tiga option, di antaranya, satu, storage dikerjakan sendiri oleh Pertamina. Kedua, mengundang swasta, itu sejalan dengan kebijakan kita ke depan.
“Kita ingin membuka hilir secara luas kepada swasta supaya beban untuk investasi infrastruktur migas itu tidak saja ditanggung oleh Pertamina tetapi juga oleh swasta,” katanya.
Ketiga, lanjut Sudirman, join antara pertamina dan swasta, karena pertamina punya akses, punya tanah, mungkin swasta butuh tanah. ”Tugas kami untuk menjodohkannya,” katanya.
“Jadi kebutuhannya tetap sama dalam waktu dekat enam bulan ke depan, setahun ke depan sudah harus mencapai 30 hari cadangan operasional. Selebihnya kita berjuang untuk membangun cadangan strategis yang itu memang kembali diamanatkan oleh Undang-undang energi,” kata Menteri ESDM itu.
Rapat Terbatas
Sebelumnya, Rizal Ramli mengkritisi rencana PT Pertamina untuk membangun fasilitas penyimpanan atau storage bahan bakar minyak. Rencana tersebut, termasuk pembangunan kilang minyak, yang dibahas dalam rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo di Jakarta, pada hari Selasa (8/9), yang juga dihadiri Rizal Ramli.
"Kami laporkan, kemarin ada rapat bersama Presiden dan menteri-menteri. Lalu ada keinginan Pertamina untuk membangun storage supaya stok operasional naik dari 18 hari ke satu bulan," katanya dalam rapat dengan Badan Anggaran DPR, di Jakarta, hari Rabu (9/9).
Rizal melanjutkan, ternyata pembangunan tempat penyimpanan minyak itu diprediksi memerlukan biaya 2,4 miliar dolar AS (Rp 34 triliun).
Namun, kata dia, Pesiden dan para menteri memutuskan, proyek tersebut bukan prioritas lantaran pasokan minyak yang setengahnya diimpor itu tidak seharusnya memberatkan keuangan perseroan.
"Kita membeli setengah juta barel minyak mentah setiap hari, membeli setengah juta finished oil setiap hari, ngapain kita bikin storage? Siapa yang jual barang ke Indonesia, mereka yang (harus) bikin storage-nya," katanya.
Rizal mengusulkan, agar pembangunan tempat penyimpanan minyak bisa dilakukan oleh pihak yang mengimpor minyak ke Indonesia. "Atau diatur supaya kita cuma bayar biaya aksesnya," katanya.
Dengan demikian, menurut Rizal, pengeluaran Pertamina bisa dihemat 2,4 miliar dolar.
Editor : Eben E. Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...