Suhu Panas Tertinggi di Tiongkok Terulang pada 2024
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Pada 2024, lebih dari setengah musim panas di Tiongkok timur akan sama menyengatnya dengan 2013, ketika negara tersebut dilanda gelombang panas dan kekeringan terparah, menurut sebuah penelitian, Minggu (12/10).
Berdasarkan tren pemanasan global saat ini, cuaca panas ekstrem akan tetap terjadi bahkan jika emisi gas rumah kaca dikurangi selama dekade berikutnya, menurut penelitian itu.
Musim panas 2013 merupakan rekor terpanas di Tiongkok timur -- 1,1 derajat Celcius di atas rata-rata jangka panjang.
Dalam 31 hari, suhu mencapai atau melebihi batas gelombang panas tertinggi 35 derajat Celcius -- dua kali lipat dari angka Juni-Agustus yang biasa.
Sembilan provinsi, dengan setengah miliar penduduk, merasakan dampak gelombang panas tersebut. Kerugian ekonomi langsung, di wilayah paling padat penduduk dan berkembang dari segi ekonomi di Tiongkok, diperkirakan mencapai 9,6 miliar dolar AS (sekitar Rp109,8 triliun).
Melaporkan dalam jurnal Nature Climate Change, tim peneliti di Beijing, Kanada dan Amerika Serikat mengatakan kemungkinan terulangnya musim panas 2013 di Tiongkok timur mengalami peningkatan sejak awal 1950-an.
Selain itu, mereka juga mengungkapkan musim panas tersebut berisiko memicu urbanisasi besar-besaran di kawasan itu.
Mereka merujuk kepada sebuah efek bernama gelombang panas perkotaan, ketika bangunan dan jalan aspal menyerap panas selama siang hari, tapi tidak melepaskannya pada malam hari, sehingga menyebabkan suhu siang hari melonjak sedikit demi sedikit.
“Pada 2024, sedikitnya 50 persen musim panas akan sama panasnya dengan 2013,” kata mereka.
“Meningkatnya panas pasti akan menyebabkan gelombang panas lebih hebat, lama dan parah di negara tersebut,” menurut peringatan peneltian itu. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...