Sukacita Natal Diperoleh Bila Membuka Hati Kehadiran Yesus Kristus
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Hari Natal tidak hanya diperingati pengikut Kristus sebagai kelahiran Yesus Kristus tetapi harus ada sukacita yang akan diperoleh pengikut Kristen apabila setiap umat mau membuka hati kehadiran Yesus Kristus.
“Orang yang mengalami sukacita natal adalah mereka yang terbuka hatinya untuk kehadiran Tuhan,” kata Pendeta (Pdt.) Ellen Polii Tamunu, S.Th dari Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Koinonia Jakarta pada kebaktian Natal, Kamis (25/12), di GPIB Koinoinia Jakarta.
Ellen mengingatkan pengikut Kristus harus menyerahkan sepenuhnya hati kepada Yesus Kristus sembari jangan melupakan membagi damai dan sukacita kepada sesama.
“Karena Dia tahu betul memberi sebagai ungkapan syukur, tetapi dalam memberi Tuhan akan membuka tingkap-tingkap rejeki kita dan jumlahnya akan selalu lebih dari yang kita butuhkan,” Ellen menambahkan.
GPIB Koinonia menyelenggarakan kebaktian Natal pada Kamis (25/12) sebanyak dua kali yakni pukul 07.00 dan pukul 10.00 semuanya dilayani oleh Pendeta (Pdt.) Ellen Polii Tamunu, S.Th.
Ellen menambahkan kebaktian Natal ini mengambil perikop bacaan dari Lukas 2:1-7 yang mengisahkan kelahiran Yesus, perikop ini – merupakan kelanjutan dari yang dikhotbahkan Ellen pada Kebaktian Malam Natal, Rabu (24/12) – mengisahkan kegembiraan Maria (ibu kandung Yesus Kristus) yang menyampaikan kegembiraan kepada Tuhan dalam perikop bacaan berjudul Nyanyian pujian Maria (Lukas 1:46-56).
Perikop Lukas 2:1-7 mengisahkan sensus penduduk yang dilakukan pemerintahan Kaisar Agustus, hal ini dialami juga oleh Yusuf dan Maria yang harus pergi dari Nazaret ke Bethlehem supaya didaftarkan bersama-sama. Di tengah-tengah perjalanan Maria bersiap untuk bersalin, dan Maria melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Yesus dan diyakini sebagai Juru Selamat bagi umat manusia.
Ellen menjelaskan kedatangan betapa rumitnya Yusuf dan Maria harus menjalani sensus seperti yang diperintahkan Kaisar Agustus di tengah kondisi badan Maria yang tengah mengandung, namun pada akhirnya dia berhasil melahirkan seorang bayi yang kemudian diyakini sebagai Juru Selamat.
Tugas jemaat sekalian, menurut Ellen, hanyalah bersyukur dan memperkokoh keyakinan atas Kristus yang melepaskan dari dosa-dosa dan maut tidak hanya saat Natal saja, tetapi setiap hari.
“Karena kita umat yang telah berdosa telah dilepaskan, sama seperti yang Yesaya katakan kita seperti domba yang tersesat karena mengambil jalan sendiri-sendiri
Dan kata paulus dalam roma 3:23 karena semua orang telah kehilangan kemuliaan allah, karena kalau manusia sudah dalam dosa sesungguhnya apa yang layak diterima oleh manusia tetapi dalam yesus yang pantas kita terima adalha keutuhan berkat,” Ellen menambahkan.
“Ketaatan Yusuf dan Maria yang merupakan bentuk kesetiaan kepada Tuhan, sama halnya dengan bentuk ketaatan seperti ini adalah ketaatan yang bisa dicontoh keluarga saat ini,” Ellen mengakhiri khotbahnya.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...