Umat Katolik di Lereng Merapi Gelar Misa Bernuansa Petani
MAGELANG, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah umat Katolik di lereng Gunung Merapi di Desa Ngargomulyo, Magelang, Jawa Tengah menggelar misa kudus untuk merayakan Hari Natal 2014 dengan mengemas rangkaian prosesi dan peribadatan bernuansa petani pd Kamis (25/12).
Misa kudus dalam bahasa Jawa yang dipimpin oleh Romo Mateus Sukmawanta dimulai dengan perarakan umat dari lapangan Dusun Gemer hingga tanah lapang di tengah perkampungan warga Dusun Braman, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, sekitar tujuh kilometer barat daya puncak Gunung Merapi.
Sejumlah umat melakukan pentas teatrikal yang digarap oleh pemuka setempat Benediktus Gimin (39) yang antara lain berpesan tentang pentingnya kerukunan warga lereng Merapi dalam mengelola air untuk kebutuhan pertanian dan rumah tangga, menjaga satwa, serta mendampingi anak-anak agar belajar mencintai lingkungan alam.
"Pesan yang ingin disampaikan adalah pendidikan kepada anak-anak petani di sini agar selalu mencintai alam, merawat air, dan melestarikan satwa," kata Gimin. Sebagian besar warga setempat hidup dari pertanian sayuran di kawasan itu.
Pengalaman sehari-hari mereka melihat oknum mencari ikan dengan menyetrum, memburu burung-burung dengan menembak, dan kasus perebutan air, katanya, menjadi bahan refleksi Natal Tani Merapi 2014 agar tidak terjadi lagi pada masa mendatang. Apalagi, desa setempat telah memiliki peraturan tentang pentingnya siapa saja menjaga kelestarian lingkungan Merapi.
Sebelum prosesi, Romo Sukma memberkati air di dalam kendi yang diambil dari mata air Tuk Songo, tak jauh dari lapangan Dusun Gemer. Ia memercikkan air itu kepada para umat. Dalam prosesi juga ditandai dengan pemberkatan berbagai alat pertanian, ternak, bibit tanaman, hasil panenan petani, dan alat-alat sekolah milik anak-anak di kawasan setempat.
Saat prosesi kirab Natal para petani setempat, sejumlah personel kepolisian juga menjaga situasi tetap kondusif selama prosesi dan peribatan tersebut.
"Alam harus dijaga, jangan dirusak karena alam dengan satwa dan hewan-hewan adalah anugerah Allah. Air harus digunakan dengan semestinya, tidak untuk diperebutkan, ikan boleh diambil tapi jangan dengan menyetrum. Taati peraturan desa ini," katanya.
Ia mengatakan manusia memiliki akal budi, mempunyai tanggung jawab untuk menjaga alam dan memuliakan Allah. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...