Sulit Dialog dengan Arab Saudi, Karena Iran Mengekspor Ideologi
RIYADH, SATUHARAPAN.COM-Arab Saudi tampaknya tidak menunjukkan minat untuk berdialog dengan Iran, karena ada perbedaan yang serius di antara kedua negara. Setidaknya itu yang terlihat dari komentar yang disampaikan oleh Menteri Negara Urusan Luar Negeri Arab Saudi, seperti dikutip oleh media setempat, Al Arbiya, hari Jumat (24/1).
Menteri Negara Urusan Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir mengatakan, "Bagaimana kita bisa terlibat dalam dialog dengan Teheran," ketika konstitusi Iran menginstruksikan bahwa rezim Iran harus mengekspor revolusi Islam.
Sebelumnya, Iran pada hari Rabu (22/1) mengatakan bahwa Teheran dan saingan regionalnya Arab Saudi harus bekerja sama untuk mengatasi berbagai masalah, kata laporan kantor berita negara Iran, IRNA, mengutip kepala staf presiden Iran, Mahmoud Vaezi.
"Hubungan antara Iran dan Arab Saudi seharusnya tidak menjadi seperti hubungan antara Teheran dan Amerika Serikat... Teheran dan Riyadh harus bekerja sama untuk menyelesaikan masalah mereka," kata Vaezi.
Selain itu, Iran juga menyatakan terbuka untuk dialog dengan negara-negara tetangga di wilayah Teluk, kata Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, pada hari Kamis (23/1). "Iran tetap terbuka untuk berdialog dengan tetangga-tetangganya dan kami mengumumkan kesiapan kami untuk berpartisipasi dalam pekerjaan apa pun yang menjadi kepentingan kawasan," katanya.
Tanggapan pertama Arab Saudi disampaikan oleh Menteri Luar Negeri, Pangeran Faisal bin Farhan, pada hari Rabu (22/1) bahwa Arab Saudi terbuka untuk pembicaraan dengan Teheran "tetapi itu benar-benar tergantung pada Iran." Dia juga mengatakan bahwa Iran "tidak dapat melanjutkan agenda regionalnya melalui kekerasan" sebagai syarat untuk setiap pembicaraan.
Selama beberapa dekade, Iran dan Arab Saudi telah terlibat dalam perang di Timur Tengah, dari Suriah sampai ke Yaman.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...