Sumardiyono 15 Tahun Setia Menjadi Meranggi
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN. COM -- Tangan Sumardiyono sangat terampil menggunakan pahat untuk mengukir sebuah warangka (sarung keris). Kayu yang pada awalnya tampak sangat biasa, di tangan pria paruh baya itu diubah menjadi karya seni bernilai sangat tinggi. Inilah pekerjaan sehari-hari Sumardiyono, seorang meranggi (pembuat warangka).
“Saya telah 15 tahun menjadi pembuat warangka. Keahlian ini turun temurun. Dulu bapak saya juga seorang meranggi,” kata Sumardiyono yang ditemui ketika workshop pembuatan warangka dalam Keris Summit 2015 pada Rabu (28/10) di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta.
Sumardiyono menjelaskan, tidak semua jenis kayu sesuai untuk bahan baku pembuatan warangka. Kayu-kayu yang umum untuk dibuat bahan warangka adalah kayu cendana, galih asem, nogosari, timoho, dan trembalo.
“Proses pembuatan warangka dari nol sampai jadi memerlukan waktu dua hari. Yang sedang saya buat ini kebetulan dari kayu trembalo,” ujar Sumardiyono.
Menurut Sumardiyono, jenis warangka yang cukup sulit untuk dikerjakan adalah warangka gaya Yogyakarta. Kesulitan pembuatan bukan terletak pada bentuk warangka, namun pada kayu yang digunakan untuk bahan pembuatan warangka.
“Paling sulit biasanya gaya Yogyakarta karena menggunakan jenis kayu yang keras. Biasanya pakai kayu timoho, itu andalan Yogyakarta,” Sumardiyono menambahkan.
Terkait dengan profesi sebagai meranggi, Sumardiyono berharap bahwa profesi ini dapat terus bisa ditingkatkan. Secara khusus Sumardiyono berharap bahwa karya seni yang dihasilkannya dapat terus berkembang hingga menembus pasar internasional.
“Saya berharap ada peningkatan dari yang sudah ada sekarang, misalnya profesi meranggi ini bisa dikenal lebih luas di masyarakat dan hasil karya saya ini bisa sampai ke mancanegara,” kata Sumardiyono.
Workshop pembuatan warangka menjadi salah satu bagian dalam perhelatan Keris Summit 2015 yang diselenggarakan hingga 1 November 2015 mendatang. Selain warangka, pengunjung juga bisa menyaksikan secara langsung proses pembuatan aksesoris keris. Total terdapat empat perajin yang memperlihatkan keahlian, baik dalam pembuatan warangka maupun aksesoris keris.
Keris dan warangka diibaratkan sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, mengutip filosofi Jawa “Jumbuhing kawulo kalawan gusti” atau diartikan sebagai bersatunya (manunggaling) manusia dengan Tuhan. Dilihat dari filosofi tersebut, maka fungsi warangka dalam sebilah keris memegang peranan yang sangat penting.
Editor : Sotyati
Risiko 4F dan Gejala Batu Kantung Empedu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif konsultan RSCM dr. Arn...