Sumber Virus Corona Diduga dari Satwa Liar untuk Konsumsi dan Obat
China dikenal sangat menggemari olahan satwa liar, termasuk menggunakan untuk pengobatan tradisional.
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-Perdagangan hewan liar untuk konsumsi telah menjadi sorotan setelah virus corona yang misterius menjadi wabah yang mematikan dan tersebar dari kota Wuhan di China tengah.
Perdagangan hewan liar ini telah diatur di China maupun secara internasional, namun terus meningkat yang didorong oleh permintaan tanpa terus-menerus untuk hidangan eksotis dan bahan-bahan untuk pengobatan tradisional.
Pasar Wuhan di China, tempat hewan liar dan sering diolah untuk hidangan dan obat tradisional, telah digambarkan sebagai tempat berkembang biaknya penyakit dan inkubator bagi banyak virus untuk berevolusi dan melompati penghalang spesies ke manusia, menurut laporan Reuters.
Lebih dari 500 orang telah terinfeksi oleh virus baru ini yang mirip dengan flu yang menurut pihak berwenang muncul dari satwa liar yang diperdagangkan secara ilegal di pasar makanan laut di kota China tengah itu. Sebanyak 17 orang yang menderita telah dinyatakan meninggal, dan penyebaran virus ini diperkirakan akan meningkat, terutama didorong oleh mobilitas manusia di hari-hari liburan perayaan tahun baru Imlek.
"Asal mula coronavirus baru adalah satwa liar yang dijual secara ilegal di pasar makanan laut Wuhan," kata Gao Fu, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, mengatakan pada suatu pengumuman.
Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa pada tahap terakhir evolusinya, virus corona di Wuhan ditularkan ke manusia dari ular. Tetapi penasihat medis pemerintah China, Zhong Nanshan, juga mengidentifikasi musang dan tikus sebagai sumber yang mungkin menyebarkan.
Ahli konservasi dan ahli kesehatan telah lama mengecam perdagangan satwa liar karena dampaknya terhadap keanekaragaman hayati dan potensi penyebaran penyakit di pasar.
"Bagian kesejahteraan hewan dalam hal ini sudah jelas, tetapi jauh lebih tersembunyi adalah penyimpanan dan pencampuran semua spesies ini bersama-sama di daerah yang sangat kecil, dengan sekresi dan urin tercampur menjadi satu," kata Christian Walzer, direktur eksekutif Willife Conservation Society yang berbasis di New York.
Pasar di China yang basah telah dipersalahkan atas berjangkitnya penyakit menular lainnya di China dan Asia Tenggara, termasuk virus yang bertanggung jawab atas sindrom pernafasan akut yang parah (SARS / severe acute respiratory syndrome)), yang menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia pada tahun 2003.
"Hal lain yang harus Anda pertimbangkan adalah bahwa hewan-hewan ini dipaksa masuk secara besar-besaran di dalam kandang, sehingga sistem kekebalan tubuh mereka gagal dengan sangat cepat," kata Walzer.
"Ini adalah sistem yang sempurna. Anda tidak bisa melakukannya lebih baik jika Anda mencoba," kata Walzer tentang kecenderungan pasar untuk menghasilkan virus.
Tuntutan Pasar
Foto-foto yang diambil di pasar Wuhan sebelum ditutup pada akhir tahun lalu menunjukkan bahwa kandang penuh dengan ular, landak, dan rubah. Media mengatakan sekitar 50 jenis hewan liar dijual di pasar, termasuk trenggiling yang terancam punah.
Menurut sebuah laporan oleh China Business Journal, sebuah laporan milik negara yang mewawancarai pada saudari dari pedagang yang terinfeksi oleh virus, ular, bebek, dan kelinci liar sangat populer di pasar.
Sejak wabah dimulai, pihak berwenang di Wuhan dan di tempat lain telah menutup pasar, kebun binatang dan taman hutan, menghentikan perdagangan unggas hidup dan transportasi hewan liar, meskipun penduduk di beberapa daerah mengatakan langkah-langkah itu tampaknya sebagian besar hanya simbolis.
Provinsi di wilayah tenggara, Guangdong, tempat berbagai jenis hewan liar dijual, telah lama juga dianggap sebagai sumber utama penyakit baru. Para ilmuwan percaya bahwa SARS disebabkan oleh penularan lintas spesies di provinsi tersebut, dengan dugaan yang pada awalnya jatuh pada musang kelapa, yang dianggap sebagai makanan lezat.
Pihak berwenang membantai ribuan hewan itu meskipun kelelawar kemudian diyakini sebagai sumber SARS.
Setelah SARS, China berusaha memperbaiki cara perdagangan hewan. Pada saat yang sama, pihak berwenang telah mencoba untuk membatasi perburuan spesies eksotis dan memiliki daftar panjang satwa liar yang dilindungi secara resmi.
Tetapi upaya untuk melindungi hewan sering kali kalah dari tradisi selama beberapa generasi.
Para pecinta lingkungan telah lama berkampanye untuk undang-undang baru untuk membatasi penggunaan hewan liar dalam pengobatan Tiongkok dan untuk mengembangkan alternatif sintetis.
Tetapi banyak produk hewani masih mudah tersedia. Ular, burung merak, dan bahkan buaya dijual melalui Taobao, situs web e-commerce China yang dijalankan oleh Alibaba.
Reuters menghubungi seorang penduduk Mongolia Dalam bernama Gong Jian yang menjual daging ular, unta, buaya, dan rusa melalui WeChat.
Mengingat bisnisnya sedang booming, dia mengatakan dia bermaksud untuk memperluas pemasaran secara online.
"Pelanggan benar-benar menyukai buaya, mereka memasaknya," katanya.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...