Sumur Umur 2.000 Tahun Dipulihkan untuk Bantu Rakyat Suriah
SURIAH, SATUHARAPAN.COM – Sumur era Kekaisaran Romawi yang berumur 2.000 tahun telah menjadi sarana untuk bertahan hidup bagi masyarakat di Suriah, sumur ini merupakan peninggalan peradaban yang mengalami kerusakan fisik dan infrastruktur yang meluas akibat dari konflik Suriah yang menewaskan lebih dari 200.000 orang dan 10,8 juta pegungsi.
"Sebelum krisis, kita jarang punya masalah dengan air dan krisis telah memaksa kita untuk membeli air dari truk dengan harga yang sangat mahal," kata Jameel, 45, ayah dari empat bersaudara yang merupakan petani kecil di wilayah Al-Ghab, beberapa waktu lalu.
Konflik bersenjata membuat masyarakat petani hilang pekerjaan terkhususnya petani mata pencariannya bergantung pada air. Sebelum pertempuran hingga kini, masalah pengangguran telah mencapai hampir 50 persen. Permusuhan memakan biaya ekonomi lebih dari Rp 1.545 triliun pada pertengahan 2013, setara dengan 174 persen dari produk domestik bruto 2010. Produksi pertanian telah menurun secara dramatis karena kondisi keamanan yang buruk, dan peningkatan biaya pupuk, energi dan pengiriman. Akibatnya, keluarga kini mengandalkan lebih banyak dan lebih pada makanan rumah-tumbuh untuk kelangsungan hidup mereka.
Sementara itu, UNDP menyediakan pekerjaan darurat untuk orang yang terkena konflik, dalam skema untuk memperbaiki sumur kuno di wilayah tersebut. Dengan membersihkan dan memompa keluar air yang tergenang, memperlebar dan memperdalaman sumur serta pemantauan kualitas air untuk keselamatan, sejauh ini ratusan keluarga yang terkena dampak konflik di Suriah sekarang memiliki akses sekali lagi untuk membersihkan air minum.
Pada saat yang sama, banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan karena konflik yang terjadi, untuk mencegah mereka masuk kedalam kemiskinan lebih lanjut akan dilakukan melalui skema kerja.
"Saya benar-benar senang telah mampu bekerja pada rehabilitasi ini dan selama bulan bekerja, saya bisa mendapatkan hampir Rp 12.600.000," kata Qais, yang terlantar akibat pertempuran di Homs asalnya dan sekarang tinggal di Al-Ghah.
Pada 2013, UNDP mendukung pemulihan 36 sumur, yang telah membantu ratusan rumah tangga pertanian untuk menabung rata-rata Rp 5.040.000 per tahun (angka yang mewakili rata-rata gaji sekitar satu bulan).
"Rehabilitasi sumur Romawi tidak hanya menyediakan air bersih dan aman, tetapi juga lebih hemat biaya daripada membangun yang baru dan Renovasi sumur ini telah menjadi bagian integral untuk membangun ketahanan masyarakat," kata pegawai UNDP Ali Kayyali.
Pasca dibangunnya kembali sumur Romawi, Jameel mengatakan bahwa pendapatannya saat ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan dia beserta keluarganya dan air yang berasal dari Sumur Bor digunakan untuk membantu dia menghasilkan buah-buahan dan sayuran untuk menjual di pasar lokal.
"Uang yang dulunya saya gunakan membeli air saat ini saya gunakan untuk benih dan perluasan pendapatan menghasilkan produksi pertanian dan Saya merasa benar-benar diberkati bahwa saya tidak perlu meminta bantuan pangan dari LSM. Saya bisa memberi makan keluarga saya," kata Jammel. (undp.org)
Editor : Bayu Probo
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...