Surat Gembala BPMSW GKI Sinwil Jabar: Jangan Khawatir, Berdoalah dan Bersyukur
SATUHARAPAN.COM – Virus corona baru (COVID-19) menjadi trending topic tidak hanya di lndonesia, namun juga dibicarakan di hampir seluruh belahan dunia. Virus ini memang menyebar dan mewabah di berbagai negara.
Per 3 Maret 2020 pukul 08.30, tercatat ada 90.428 kasus, sebagian besar terjadi di China. Ada 3.117 orang meninggal dunia dan 47.945 dinyatakan sembuh. Di lndonesia sendiri, orang menjadi panik saat pada Senin, 2 Maret 2020, Presiden Jokowi mengumumkan secara resmi ada dua orang yang dinyatakan positif terkena virus corona COVID-19.
Dapat dimengerti dan dipahami banyak orang menjadi takut dan panik, karena sebelumnya lndonesia menyatakan diri masih aman terhadap virus ini.
Senin malam, pusat-pusat perbelanjaan dipenuhi orang-orang yang sibuk berbelanja kepentingan sehari-hari. Bukan sekadar berbelanja, mereka berbelanja dalam porsi berlebih untuk menimbun di rumah. Saat ini hand sanitizer, masker, vitamin, dan obat-obatan, menjadi barang-barang langka yang sulit ditemukan karena orang secara panik memborongnya.
Tidak hanya itu, perdebatan mengenai penyebaran virus ini dan cara penanggulangannya mewarnai group-group whatsApp.
Terkait masalah itu, Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah (BPMSW) Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Barat (GKI Sinwil Jabar), mengeluarkan Surat Gembala, ditandatangani Pdt Sheph Davidy Jonazh (Ketua Umum) dan Pdt Cordelia Gunawan (Sekretaris Umum) pada Selasa, 3 Maret 2020.
Mengendalikan Ketakutan dan Kekhawatiran
Diketahui, sangat kecil kemungkinan virus corona COVID-19 menular melalui bersalaman. Sayangnya, saat ini orang-orang dikuasai rasa panik dan tidak lagi mampu mengingat dan berpikir tenang. Beberapa orang sudah tidak lagi mau bersalaman. Jika pada akhirnya bersalaman menimbulkan ketidaknyamanan, memang kita tidak wajib bersalaman.
Khawatir adalah sifat manusia yang memang ada dalam diri kita. Khawatir sesuatu yang manusiawi. Filipi 4:6 mengatakan, “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga , tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”
Surat gembala itu menyebutkan saat ini yang perlu kita lakukan adalah mengendalikan ketakutan dan kekhawatiran. Kita perlu membawa kekhawatiran itu dalam doa dan ucapan syukur. Di tengah situasi dan kondisi yang sekarang terjadi, kita seharusnya bisa bersyukur dan berdoa. Tidak justru terjerumus dalam ketakutan dan kekhawatiran berkepanjangan, yang pada akhirnya membuat tidak mampu lagi bersyukur dan membuat tubuh kita lemah. Kondisi ini justru membuat kita rentan terinfeksi virus corona.
Saat dikendalikan ketakutan dan kekhawatiran, sibuk berbelanja menimbun bahan makanan, hand sanitizer, masker, dan lain-lain, kita telah menjadi manusia egois, hanya memikirkan diri sendiri. Kepedulian terhadap sesama tergilas dalam kekhawatiran. Kita terpenjara dalam ketakutan dan tidak mampu lagi berserah, bersyukur, apalagi mempedulikan sesama
Saat ini pun, dalam rangka Masa Raya Paskah, sebagian kita sedang menjalani puasa dan pantang. Berupaya menahan diri kita. Menjadi sangat ironis jika ternyata kita menjalankan puasa dan pantang, namun tidak mampu menahan diri untuk tidak belanja berlebihan dan menimbun. Mengatakan berpuasa dan berpantang namun kita tidak mampu menahan kekhawatiran berlebihan.
Kita berpuasa dan berpantang agar bisa menjadi lebih baik dan lebih menjadi berkat, namun kalau ternyata kita sibuk belanja berlebihan, malah menjadi batu sandungan dan membuat orang lain menjadi lebih sulit memenuhi kebutuhannya.
Bukan Sesuatu yang Sama Sekali Baru
“Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari”, demikian yang tercatat dalam Pengkhotbah 1:9.
Virus corona COVID-19 menjadi sesuatu yang menakutkan di tahun 2020 ini, namun jika menengok sejarah kehidupan manusia, ada banyak penyakit yang pada masanya terlihat begitu mengerikan dan menakutkan.
Penyakit kusta di zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, menakutkan dan menjijikkan. Mereka yang terkena penyakit kusta dibuang dan terasing dari tatanan sosial yang ada. Sekarang, orang sudah lebih menerima dan memahami penyakit kusta.
Penyakit sampar dalam Alkitab adalah penyakit yang menakutkan. Namun, dalam perjalanannya, manusia menemukan obat penyakit sampar, bahkan mampu menganalisa sebabnya.
Virus corona COVID-19 ternyata bukanlah sesuatu yang sama sekali baru. Menurut penjelasan Dr Wani Devita Cunardi, Rektor Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), ada tujuh tipe virus corona. Tiga di antaranya, yang belakangan mewabah, adalah SARS (tahun 2003), Mers Cov atau flu unta yang mewabah di Timur Tengah (tahun 2012), dan COVID-19 yang sekarang kita hadapi bersama.
Dibandingkan dengan dua virus sebelumnya, tingkat kematian dari orang-orang yang terjangkit COVID-19 relatif kecil (2-3 persen) dibandingkan dengan SARS (10 persen) dan MERS Cov (3O pesen). Memang, daya penularannya lebih tinggi daripada SARS.
Jadi, tidak ada sesuatu yang baru. Karena itu, di tengah-tengah pengulangan sejarah, di tengah-tengah seolah-olah deja vu kehidupan, kita perlu yakin kita tidak pernah berjalan sendirian. Tuhan, Sang Empunya Kehidupan, memelihara hidup kita dan memampukan kita untuk bertahan.
Karena itulah, di tengah ancaman virus corona COVID-19 yang kita hadapi bersama, kita berupaya untuk tetap tenang, tidak dikuasai kekhawatiran berlebihan, namun tetap bersyukur dan berdoa, tetap meyakini Providentia Dei (Pemeliharaan Tuhan) yang melampaui akal dan pikiran kita.
Tidak ada sesuatu yang baru di bawah langit. Jika dunia terus berlangsung sampai saat ini, kita meyakini Tuhan, Sang Pencipta itu hadir dan terus memelihara. la tidak pernah berhenti berkreasi dan memelihara.
Tetap Tenang dan Berdoa
Sehubungan dengan situasi yang terjadi karena kepanikan melanda sebagian masyarakat lndonesia, Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah (BPMSW) Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Barat (GKI Sinwil Jabar) menyampaikan beberapa hal.
Pertama, jangan panik dan jangan bereaksi berlebihan. Reaksi yang berlebihan malah akan membuat suasana semakin tidak terkendali. Bersama-sama menyebarkan ketenangan dan kedamaian. Mengimbau untuk menyebarkan berita-berita yang menenangkan dan pesan-pesan positif, bukan sekadar meneruskan berita-berita yang membuat panic, bahkan belum di ketahui kebenarannya.
Kedua, alternatif bersalaman di kegiatan-kegiatan gereja dapat diganti dengan menyilangkan tangan kanan di dada kiri. lni dilakukan karena banyak orang merasa tidak nyaman dengan bersalaman. COVID-19 sendiri sangat kecil kemungkinannya menular melalui salaman. Virus ini menular melalui droplets (air liur). Yang penting adalah tidak mengusap wajah dengan tangan yang kotor. Cucilah tangan dengan benar.
Ketiga, jika sedang dalam kondisi demam atau batuk, beristirahatlah. Kenakan masker jika batuk. Jangan sampai menularkan virus kepada orang di sekitar, sekalipun memang belum tentu virus corona.
Keempat, jaga kebersihan diri termasuk kebersihan tangan. Bawalah hand sanitizer jika berpergian.
Kelima, jaga kesehatan. Makanlah makanan bergizi, beristirahat cukup dan berjemur di bawah sinar matahari.
“Mari tetap tenang, jangan khawatir, bersyukur dan berdoa supaya keadaan semakin baik dan virus corona COVID-19 ini dapat tertangani dengan baik,” BPMSW GKI Sinwil Jabar mengakhiri surat gembalanya.
Editor : Sotyati
Beberapa Negara Asia Akan Peringati 20 Tahun Tsunami Samudra...
JAKARTA, SATUHARAPN.COM-Negara-negara yang dilanda tsunami minggu depan akan mengenang lebih dari 22...