Suriah Nyatakan Siap untuk Dialog Perdamaian di Moskow
DAMASKUS, SATUHARPAN.COM – Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan tentang kesiapan pemerintah untuk berpartisipasi dalam pertemuan konsultasi di Moskow untuk memenuhi aspirasi warga Suriah dalam menemukan jalan keluar dari krisis di negara itu, kata sumber di kementerian itu mengumumkan hari Sabtu (27/12).
Sumber yang dikutip kantor berita resmi Suriah, SANA mengatakan bahwa pembahasan sedang berlangsung antara Suriah dan Rusia untuk mengadakan pertemuan konsultasi di Moskow yang bertujuan untuk menyepakati konferensi dialog antara Suriah dan oposisi tanpa campur tangan asing.
Namun demikian dikatakan bahwa dalam upaya menemukan jalan keluar dari krisis, pemerintah Suriah menegaskan bahwa akan tetap melanjutkan memerangi kelompok yang mereka sebut sebagai teroris, di mana pun di tanah Suriah, kata sumber itu.
Selain itu akan diupayakan rekonsiliasi lokal, yang dinilai "terbukti bermanfaat pada lebih dari satu wilayah," kata sumber itu.
Sumber Kementerian Luar Negeri menegaskan bahwa Suriah selalu dan masih siap untuk berdialog dengan "siapa saja yang berpegang pada kesatuan Suriah, integritas teritorial, kedaulatan dan keputusan yang independen sesuai dengan kehendak rakyat Suriah, dan pemenuhan aspirasi mereka untuk keamanan, stabilitas dan menghentikan pertumpahan darah."
Doa bagi Perdamaian
Sementara itu, Patriark Gereja Ortodoks Yunani, Antiokhia dan Timur, Gregorios III Laham pada hari Sabtu mengajak umat untuk berdoa bagi perdamaian di Suriah.
Patriark menyerukan semua orang percaya di dunia Arab, dan seluruh dunia serta lembaga-lembaga kemanusiaan dan organisasi untuk berdoa. Dia meminta untuk menyalakan lilin setiap malam dan berdoa bagi perdamaian di seluruh dunia Suriah, dan Timur.
Selama misa suci di Kairo, Mesir dalam perayaan Natal beberapa hari yang lalu, Laham menegaskan pentingnya menghidupkan nilai-nilai persahabatan, perdamaian dan rekonsiliasi sebagai sarana untuk menghadapi fenomena ekstremisme, terorisme dan kekerasan yang dihadapi kawasan Timur Tengah, khususnya Suriah dan Irak.
Ekstremisme
Mengenai ekstremisme, Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan tentang perlunya mengerahkan lebih banyak upaya menghadapi kelompok teroris yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) dan Jabhet al-Nusra, serta ekstremis lainnya dengan cara yang berdasarkan hukum internasional dan tidak menggunakan standar ganda dan agenda terselubung.
Mengenai krisis di Suriah yang telah berlangsung hampir empat tahun, Kemenlu Rusia mengatakan bahwa elemen utama dalam agendanya adalah mencari solusi politik melalui dialog nasional yang komprehensif tanpa prasyarat atas dasar komunike Jenewa.
Rusia mendukung pelaksanaan perlucutan senjata kimia di Suriah, mencatat bahwa proses ini telah mengakibatkan pembuangan sekitar 98 persen unsur senjata kimia dan bahan produksi di Suriah, dan mencatat bahwa proses itu dilakukan dengan membongkar sisa 12 situs senjata kimia.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...